Dark/Light Mode

Badan Geologi: Gempa M6,2 Barat Daya Garut Tak Picu Tsunami Dan Likuefaksi

Minggu, 28 April 2024 08:19 WIB
Peta kawasan rawan bencana gempa M6,2 Garut yang terjadi pada Sabtu (27/4/2024) malam. (Foto: Badan Geologi)
Peta kawasan rawan bencana gempa M6,2 Garut yang terjadi pada Sabtu (27/4/2024) malam. (Foto: Badan Geologi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meyakini, gempa M6,2 yang mengguncang wilayah barat daya Garut pada Sabtu (27/4/2024) pukul 23.29.47 WIB, tidak berpotensi memicu gelombang tsunami dan bahaya ikutan (collateral hazard) lainnya seperti retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, atau likuefaksi.

Untuk diketahui, gempa di Samudera Hindia itu terletak pada koordinat 107,26 BT dan 8,42 LS dengan kedalaman 70 km. Jaraknya, sekitar 151,7 km barat daya Kota Garut, Provinsi Jawa Barat.

Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid menjelaskan, lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada kedalaman menengah. Sehingga, guncangan terasa pada cakupan daerah yang cukup luas di Jawa Barat.

Baca juga : Gempa M6,5 Goyang Kabupaten Garut, Tidak Berpotensi Tsunami

"Morfologi wilayah pesisir Jawa Barat selatan umumnya berupa dataran pantai, yang berbatasan dengan morfologi perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal pada bagian utara," papar Wafid.

Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari BMKG, USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, kejadian gempa ini diakibatkan oleh aktivitas penunjaman/ subduksi atau gempa bumi intraslab dengan mekanisme sesar naik.

"Menurut catatan Badan Geologi, sumber gempa intraslab di Jawa Barat Selatan ini telah beberapa kali mengakibatkan terjadinya bencana, yaitu tahun 1979, 2007, 2017, 2022, dan 2023," terang Wafid.

Baca juga : Gempa M5,0 Guncang Tuban Jawa Timur, Tidak Berpotensi Tsunami

Badan Geologi mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan/ informasi dari petugas BPBD setempat, serta tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Meski gempa ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.

"Karena wilayah di daerah pesisir Jawa Barat Selatan tergolong rawan gempa dan tsunami, upaya mitigasi struktural dan non struktural harus ditingkatkan," kata Wafid.

"Bangunan di Jawa Barat bagian selatan harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa, untuk menghindari risiko kerusakan, dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.