Dark/Light Mode

Perpusnas & Keraton Yogyakarta Komit Lestarikan Naskah Nusantara

Minggu, 28 April 2024 09:11 WIB
Audiensi Plt Kepala Perpusnas E Aminudin Aziz (kedua kiri) dengan Gusti Kanjeng Ratu Hayu, di Kawedanan Widya Budaya Keraton Yogyakarta, Rabu (24/4). (Foto: Dok. Perpusnas)
Audiensi Plt Kepala Perpusnas E Aminudin Aziz (kedua kiri) dengan Gusti Kanjeng Ratu Hayu, di Kawedanan Widya Budaya Keraton Yogyakarta, Rabu (24/4). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) memiliki tiga program prioritas yaitu penguatan budaya baca dan literasi, standardisasi dan pembinaan perpustakaan, serta pengarusutamaan Naskah Nusantara. Dalam rangka melaksanakan pelestarian dan pengarusutamaan naskah-naskah kuno Nusantara, Plt Kepala Perpusnas E Aminudin Aziz terus berupaya mengakselerasi melalui kerja sama dan kemitraan.

Perpusnas melakukan audiensi ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam menjalankan program prioritas, yang salah satunya pengarusutamaan Naskah Nusantara. Aminudin Aziz serta jajaran diterima Gusti Kanjeng Ratu Hayu, di Kawedanan Widya Budaya Keraton Yogyakarta, Rabu (24/4).

“Dalam catatan kami, Perpustakaan Nasional sejak tahun 2017 melakukan berbagai program digitalisasi. Tahun 2023 menjadi tahun ketika kami menerima banyak sekali naskah dari masyarakat, terdiri dari naskah Batak 37 judul, naskah Bugis 38 judul, dan naskah Jawa, lontar Jawa_Bali, Bollinger Project dan naskah lainnya,” ujar Amin, seperti keterangan yang diterima redaksi, Minggu (28/4).

Amin menerangkan, pada 2009, Perpusnas melakukan digitalisasi 7 judul naskah Keraton Yogyakarta. Yaitu Serat Sujarah Aji, Babad Ngayogyakarta HBV, Serat Kyahi Bratayudha, Serat Damarwulan, Buku Gambar Pradjurit Karaton Ngayogyakarta Adiningrat, Jawa Binangun, dan Sejarah Makam Kerajaan.

Baca juga : Wakil Ketua KPK Tuai Ledekan Dan Sindiran

Perpusnas memiliki dan menyimpan salinan digital naskah-naskah tersebut. Namun, Perpusnas tidak diperkenankan menyediakan salinan digital naskah-naskah tersebut kepada masyarakat umum. “Kemudian sejak 2013 Keraton Yogya mendigitalisasikan sendiri dan Perpustakaan Nasional tidak mengadakan digitalisasi untuk naskah tersebut, tetapi kami mendigitalisasi naskah-naskah lainnya,” terang Amin.

Dia berharap, Perpusnas diberikan izin oleh Pihak Keraton Yogyakarta untuk membuka akses kepada masyarakat terhadap naskah digital Keraton Yogyakarta yang dimiliki Perpusnas. “Pihak Keraton Yogyakarta untuk kemudian memberikan akses kepada masyarakat melalui softcopy yang ada di Perpustakaan Nasional ini, apakah nanti diperkenankan untuk dibuka kembali aksesnya untuk dilakukan kajian oleh para peneliti dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi para pengunjung Perpustakaan Nasional,” pinta Amin.

Gusti Hayu menjelaskan, naskah-naskah Keraton Yogyakarta harus dipilah terlebih dahulu untuk dapat diakses masyarakat. Sebab, naskah-naskah tersebut ada yang sifatnya sakral dan perlu pendampingan untuk menafsirkan kandungan yang terdapat dalam naskah tersebut. “Kesimpulannya koleksi yang ada di perpustakaan Widya Budaya juga membatasi mana yang untuk umum, mana yang ketika membaca harus didampingi dan ada yang tidak bisa sama sekali,” ujar Gusti.

Dalam hal pelestarian, pihak Keraton juga merasa perlu koleksi naskah yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta memiliki salinan cadangan di berbagi tempat sebagai upaya penerapan disaster management. “Nah mungkin dengan kesempatan ini kami dengan senang hati, misalnya bisa diadakan kerja sama, bisa di detailkan prosedurnya. Perpustakaan kami juga sudah mulai lebih tertata. Jadi setelah didigitalisasi bisa diatur mana hal-hal yang boleh keluar mana yang tidak boleh keluar dari Keraton,” pinta Gusti Hayu.

Baca juga : INACA Sebut Iuran Pariwisata Bisa Bebani Maskapai Dan Masyarakat

Gusti Hayu juga berkeinginan mendapatkan salinan koleksi terkait naskah Keraton Yogyakarta yang dimiliki Perpusnas. Pihak Keraton berharap diperkenankan mengakses koleksi tersebut diantaranya terkait peta pertanahan. “Jadi dulu banyak koleksi naskah yang keluar tanpa sepengetahuan Keraton, terutama untuk peta pertanahan. Karena keraton Yogyakarta juga dalam proses rekonstruksi jadi Ngarso Dalem (Sri Sultan) memerintahkan sebisa mungkin Keraton dikembalikan tata letaknya sesuai asalnya,” jelas Gusti hayu.

Fajar Wijanarko dari Museum Sonobudoyo menjelaskan, dirinya turut menjadi saksi pada sekitar tahun 2010 sampai 2011, ketika Universitas Leipzig berkerja sama dengan Keraton untuk kegiatan digitalisasi manuskrip dengan Museum Sonobudoyo, Keraton Pakualaman dan Balai Bahasa. “Pada tahun 2010, Pakualaman merasa aset naskah dari institusi tersebut merupakan pusaka, sehingga saat itu Gusti Pakualaman IX memilih aset naskah tersebut untuk disimpan saja. Sehingga sampai hari ini mereka melakukan digitalisasi sendiri,” terang Fajar.

Fajar berharap dapat memperoleh salinan digital tentang Keraton Yogyakarta yang dimiliki Perpusnas. Sehingga Keraton Yogyakarta juga dapat melayankan salinan digital koleksi tersebut agar dibaca oleh masyarakat dengan catatan sudah dipilah sesuai aturan Keraton.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Widya Budaya Keraton Yogyakarta Kanjeng Tirto menerangkan, pihaknya dikenal Perpustakaan Keraton sebagai pusat penyimpanan arsip, manuskrip, naskah dan buku. Kanjeng Tirto mengajak Plt Kepala Perpusnas untuk melihat kondisi arsip, naskah atau manuskrip yang sebagian kondisi fisiknya cukup memprihatinkan.

Baca juga : Ketua DPRD: Pemkab Klungkung Komitmen Tangani Kerusakan Jalan Di Nusa Penida

“Maklum Abdi Dalem di Widya Budaya jauh dari istilah pustakawan, sehingga kurang tahu persis bagaimana menata buku dan penempatannya sehingga kami perlu pendampingan dalam mengelola manuskrip tersebut,” ujar Kanjeng Tirto.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.