Dark/Light Mode

Mat Sony, Nunut Mulyo Bersama Presiden

Senin, 8 Juli 2024 15:14 WIB
Kapten INF Mat Sony Misturi (memegang dokumen) saat bertugas dalam kegiatan kenegaraan Presiden Jokowi. (Foto: dok. pribadi)
Kapten INF Mat Sony Misturi (memegang dokumen) saat bertugas dalam kegiatan kenegaraan Presiden Jokowi. (Foto: dok. pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mat Sony Misturi, saya ngobrol dengannya pada suatu hari di Dubai. “Saya orang Pekalongan, Bu,” katanya ketika itu, di sela-sela berlangsungnya perhelatan COP 28, November 2023.

Sebelumnya, tentu saya sudah lama tahu nama ini. Kapten INF Mat Sony Misturi adalah perwira muda yang hari-harinya berada di lingkaran RI-1. Jabatan resminya Asisten Ajudan Presiden Jokowi, sejak 2019. Bersama Komisaris Polisi Syarif Muhammad Fitriansyah, mereka dikenal sebagai duet ajudan. Ke mana Presiden pergi, di situ ada Kapten Sony dan atau Kompol Syarif.

 

Kaptan INF Mat Sony Misturi (baret merah) ketika bertugas dalam kegiatan Presiden Jokowi blusukan menemui masyarakat. (Foto: dok. Pribadi)


Secara khusus, tulisan ini hanya menceritakan tentang Sony. Karena saya baru saja menamatkan buku yang dia tulis, berjudul: Jatuh untuk Melaju.

Saya tertarik membaca buku ini, setidaknya karena dua alasan. Pertama, dari judulnya. Kata-kata “jatuh” menggambarkan perjalanan hidupnya pasti tidak mudah.

Ada ungkapan lama: jatuh bangun. Tapi Sony memilih kalimat: Jatuh Melaju. Berarti setelah jatuh, dia tak hanya bisa bangun lagi, tapi juga melaju.

 


Ada rasa penasaran. Pengalaman “jatuh” macam apa yang pernah dialami seorang ajudan Presiden. Sebuah perjalanan hidup yang pasti inspiratif.

Kedua, ingin tahu kenapa ada nama yang terdengar agak unik di telinga. Tidak umum. Mat Sony Misturi. Selintas seperti gabungan merk kamera dan perlengkapan elektronik yang terkenal itu.

Baca juga : Bali United Siap Ikut Laga Pramusim Piala Presiden

Sony ternyata singkatan dari: Soal Ongkos Nomor Yahud. Kedengaran lucu ya. Apa itu maksudnya? Di buku itu, Sony sendiri menganggap singkatan ini kurang masuk akal.

"Tapi itulah yang terjadi. Dari cerita Bapak, ketika saya lahir, banyak memperoleh rezeki dari kerja sampingan di pasar sayur,” tulisnya, di halaman 30.

Sedangkan Misturi adalah gabungan nama orang tuanya. Ibu bernama Mistutik. Bapak bernama Amat Saeri. Digabung jadi Misturi.

Nama “Amat” diabadikan di depan nama Sony, tapi disingkat jadi Mat. Mat Sony Misturi lahir 22 Mei 1989, pukul 20.45 WIB, di Bandung. Tapi kalau ditanya asal mana, dia selalu bilang: Orang Pekalongan.

Sony kecil hanya dua tahun tinggal di Kota Kembang. Pindah ke Pekalongan, karena mengikuti Bapaknya, tentara yang waktu itu mendapat tugas sebagai anggota unit intel Kodim 0710/Pekalongan. Kota itu adalah kampung halaman orangtuanya.

Meski tentara, Bapaknya suka menyanyi, pandai jadi MC, memainkan organ tunggal. Bahkan punya grup musik sendiri dengan nama Dangdut CS. Dan sering diminta mengisi berbagai acara.

Bapak juga digambarkan kreatif, karena membuatkan Sony baju karate, dari kain bekas karung tepung segitiga biru.

Di Pekalongan, Mat Sony tumbuh dan dibesarkan. Termasuk mengalami banyak kesulitan, kekecewaan, dan penderitaan. Hingga periode “jatuh” atau fase terburuk dalam kehidupannya.

Salah satunya adalah, menerima kenyataan pahit perpisahan orang tua. Ketika usianya belum genap 5 tahun.

Baca juga : Siasat untuk Menang Pilkada

Cerita tentang ini ditulis mengalir dan apa adanya dalam buku. Bapaknya berjudi, sering membentak, dan memukul ibunya.

“Dari sofa ruang tamu, saya berlari keluar sambil menangis. Sampai di depan rumah, saya menangis sambil berjongkok, berharap ada orang lewat di depan rumah melihat lalu menolong Ibu. Namun tak satu pun pertolongan datang,” tulisnya, di halaman 39.

Itu salah satu peristiwa paling menyedihkan. Ibunya memutuskan pergi dari rumah, untuk mengamankan diri sekaligus memulai lembaran baru.

Sony dan Ibunya lalu menumpang di rumah Simbah, di kamar ukuran 2X3 meter, bersama 11 orang penghuni lainnya.

Ibu mengumpulkan rupiah demi rupiah dari pekerjaannya membantu Simbah di warung, sekaligus jualan kripik tempe.

Meski berpisah, Sony tetap berhubungan baik dengan Bapaknya. Beberapa fase penting kehidupannya, dilalui bersama Bapak. Seperti saat-saat berjuang mendaftar ke Akademi Militer.

Di halaman 79, Sony menulis tentang pilihannya masuk Akmil. Jalur pendidikan yang tidak pernah dicita-citakan. Dulunya, tak tertarik masuk tentara, karena melihat Bapak yang tamtama. Gajinya pas-pasan.

Tapi, pilihan ini akhirnya mengubah nasib dan melahirkan Sony dalam versi baru. Dia meraihnya dengan susah payah dan perjuangan yang berat.

Tes pertama gagal karena niatnya setengah-setengah, kurang serius, dan dia divonis menderita varikokel. Lalu tes kedua, dia persiapkan dengan matang.

Baca juga : Mulai Muncul Wacana Presiden Dipilih MPR

“Selain operasi varikokel yang sudah tuntas, saya juga mempersiapkan diri secara fisik, latihan lari, pull up, push up, sit up dan berenang. Saya juga konsultasi kesehatan di RS Tentara, konsultasi psikologi di Angkatan Darat, dan konsul akademis di Akmil. Rasanya persiapan sudah sangat matang,” tulisnya di halaman 83.

Namun, nasib belum berpihak kepadanya. Dia gagal lagi. Kegagalan kedua membuatnya depresi.

"Rasanya, itulah fase terburuk yang pernah saya rasakan. Bahkan, sesaat terasa lebih menyakitkan daripada mengetahui kabar perceraian orang tua,” katanya.

Tapi, Mat Sony tidak menyerah. Di kesempatan ketiga, barulah dia lolos. Di Akademi Militer, Sony berjuang sangat keras. Dan berhasil meraih Adhi Makayasa, predikat siswa terbaik, dan menjadi perwira yang dilantik langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat itu.

Dia juga tervalidasi menjadi perwira terbaik pada beberapa sekolah dan kursus pendidikan dasar kecabangan infanteri, Pendidikan Kopassus, Kursus Anti Teror dan Pendidikan Lanjutan Perwira Tingkat Pertama.

“Perjalanan untuk sampai ke titik ini tidaklah seindah yang tampak di media sosial saya. Ada berjilid-jilid kesulitan, serta kegagalan yang saya alami. Tidak banyak orang tahu,” katanya.

Mat Sony mengaku bukan orang cerdas. Saat sekolah, dia kerap di-bully karena kulitnya yang putih, dan diejek anak mama. Pernah diintimidasi, diancam dan dipukul.

Sony pernah dianggap kemlinthi (sok - Jawa, Red) dan songong. Padahal sebenarnya dia pemalu, pesimis dan minder.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.