Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Muhammadiyah Idul Fitri 31 Maret 2025, Tahun Depan Beralih Dari Hisab Ke KHGT
- Kemenag Resmikan Program Beasiswa Zakat, Dorong Mustahik Lebih Berdaya
- Penerbangan Di Bandara Heathrow Inggris Sudah Mulai Pulih
- Legenda Tinju Dunia Big George Meninggal Dalam Usia 76 Tahun
- Siapkan 30 Ribu Rumah Nakes, Menteri PKP Rajin Tebar Rumah Subsidi
Kebutuhan Meningkat, Terjerat Pinjol
Banyak Guru Yang Belum Paham Literasi Keuangan
Selasa, 5 November 2024 07:25 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Selain gaji yang rendah, guru juga dihadapkan dengan rendahnya literasi keuangan. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebanyak 42 persen masyarakat yang terjerat pinjaman online (pinjol) adalah para guru.
Ketua Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN) Nunuk Riza mengapresiasi rencana Pemerintahan Prabowo-Gibran menaikkan gaji guru. Namun, dia berharap, peningkatan penghasilan itu diimbangi dengan pemahaman literasi keuangan yang baik, karena peningkatan tersebut tak akan memutus mata rantai masalah.
“Itu (masalah) akan terus berlangsung kalau guru nggak dibekali dengan pemahaman. Kenaikan gaji harus diimbangi dengan kebijaksanaan kita dalam menggunakan uang tersebut,” ujar Nunuk di Jakarta, Sabtu (2/11/2024).
Dia mengungkapkan, masih banyak guru yang tidak memiliki kemampuan dalam mengelola keuangan.
Baca juga : Pilbup Indramayu Memanas
Menurutnya, pemahaman literasi keuangan yang dimiliki masih sederhana, sehingga peningkatan pendapatan belum tentu berbanding lurus dengan kesejahteraan.
“Yang level (literasinya) paling rendah, dapat gaji abisin. Ada yang levelnya lebih tinggi, dapat gaji disimpan, terus dibagikan kepada pos-pos prioritas dan disimpan untuk masa depan,” paparnya.
Lebih lanjut, Nunuk mengeluhkan banyaknya kebutuhan yang dikeluarkan untuk meningkatkan penghasilan profesi guru. Misalnya, peningkatan kompetensi yang membuat para guru mengeluarkan uang pribadi.
“Kalau ngobrol kesejahteraan, kita sering bersuara, naikkan gaji guru dan segala macam. Ternyata, menaikkan gaji guru nggak selalu bisa mengatasi masalah. Salah satunya, dasar harus dimiliki si guru itu sendiri,” jelasnya.
Baca juga : Pasar Kramat Jati Siap Kelola Sampah Mandiri
Ketua Kampus Pemimpin Merdeka Rizqy Rahmat Hani mengatakan, masalah pengelolaan keuangan merupakan hal yang cukup menantang bagi guru.
“Ternyata, guru juga butuh tambahan penghasilan. Salah satu caranya merancang media ajar,” ujarnya.
Sebab itu, pihaknya merancang program yang dapat membantu para guru, mengajak mereka belajar merancang media ajar dengan proses design thinking. Utamanya, sebut Rizqy, membuat media ajar dengan tema yang berkaitan dengan literasi finansial.
“Mereka belajar dengan ahli dan pelatihan literasi keuangan. Dengan kedua hal itu, dia akan membuat media pembelajaran yang nantinya akan digunakan oleh teman-temannya di sekolah masing-masing,” terangnya.
Baca juga : Real Madrid Vs AC Milan, Duel Gengsi Dua Raksasa
Diketahui, berdasarkan hasil survei yang dilakukan NoLimit Indonesia pada 2021, sebanyak 28 persen masyarakat Indonesia tidak dapat membedakan pinjaman online legal dan ilegal. Mirisnya, sebanyak 42 persen masyarakat yang terjerat pinjol ilegal adalah guru.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi menyayangkan temuan tersebut. Pasalnya, para guru berperan penting untuk mengedukasi anak didik soal keuangan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya