Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tak Mau Pergi dari Natuna Meski Ditodong 8 Kapal Perang dan 4 Pesawat F-16

China Keras Kepala

Rabu, 8 Januari 2020 07:54 WIB
Foto: Dok. Koarmada 1
Foto: Dok. Koarmada 1

RM.id  Rakyat Merdeka - China benar-benar keras kepala. Meski sudah “ditodong” 8 kapal perang, mereka tetap mencuri ikan Perairan Natuna Utara. Bukannya segera angkat kaki, mereka malah mendatangkan lagi dua kapal penjaga pantainya untuk mengawal kapal nelayannya.

Untuk mengimbangi kekuatan China, aparat akan menambahkan kekuatan dengan menerjunkan empat pesawat tempur F-16.

Sejak Jumat lalu, TNI sudah menggelar operasi untuk mengusir kapal-kapal nelayan China yang menangkap ikan di Perairan Natuna Utara. Namun, usaha itu, belum berhasil. Kapal nelayan China masih bertahan di kawasan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Natuna Utara.

Mereka anteng menangkap ikan lantaran dikawal dua kapal penjaga pantai atau Coast Guard China (CGC) dan satu kapal pengawas perikanan. Selain itu ada satu kapal penjaga pantai yang beroperasi di luar kawasan ZEE.

Teranyar, China mengirim lagi dua kapal penjaga pantai ke kawasan Natuna. Kapal ini yang diberangkatkan dari Nansha, China itu sedang dalam perjalanan. Selain dua kapal itu, ada satu kapal logistik yang ikut bergerak.

Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla), Laksamana Madya Achmad Taufiqoerrochman, masih mengamati dua kapal tersebut. Apakah untuk memperkuat atau untuk mengganti dua kapal yang beropersi di Natuna. “Kita lihat perkembangannya,” kata Taufiq usai rapat di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, kemarin.

Baca juga : Menlu: Indonesia Tak Akan Pernah Akui Klaim China

Menurut dia, Bakamla bakal mengambil sikap untuk merespons langkah China tersebut. Salah satunya dengan menambah dua kapal patroli dari Batam untuk menambah armada yang berpatroli di Perairan Natuna Utara.

"Dengan peraturan perundangan-undangan Indonesia, harus ditangkap dan diproses hukum sesuai dengan hukum Indonesia,” kata Yudo, kemarin.

Dia menyebut, komunikasi Bakamla dengan kapal penjaga pantai China terus berjalan. Namun, penyelesaian persoalan ini memang cukup rumit. Sebab, China bersikukuh mengklaim atas dasar sejarah. Karena itu, dia menilai harus ada kesinambungan antara tim operasi dan tim diplomasi pemerintah.

Dengan begitu, konflik ini bisa segera selesai tanpa perlu peperangan. Mengingat Indonesia dan China tidak memiliki konflik apapun selama ini.

“Kita kerahkan kekuatan besar pun ya tetap aja seperti itu, karena masalahnya di situ (saling klaim). Walaupun secara tegas ya kita tak ada negosiasi, tak ada tawar menawar,” ungkapnya.

TNI tak tinggal diam. Pasukan gabungan TNI terus melakukan operasi untuk mengusir kapal penjaga pantai China yang masih bertahan mengawal kapal-kapal pencuri ikan. Pangkogabwilhan I, Laksamana Madya Yudo Margono mengatakan, TNI kembali menurunkan armada kapal perang sebanyak tiga unit.

Baca juga : YBM PLN Kalbar Bangun Desa Cahaya 

Jadi, total kapal perang yang diturunkan berjumlah delapan unit. Delapan kapal perang yang diterjunkan itu jenis Korvet dan Fregat. KRI jenis Korvet diperuntukkan untuk menghadapi kapal perang dan kapal selam karena dibekali dengan tabung peluncur torpedo.

Adapun untuk KRI jenis Fregat merupakan kapal perang kelas perusak dengan dilengkapi senjata peluru kendali. Kapal ini disebut memiliki rudal, meriam, senapan mesin, dan torpedo.

Tak hanya itu, TNI juga menerjukan pesawat intai maritim. Selain itu, menerbangkan pesawat pengintai Boeing 737 ‘Camar Emas’ dari Skadron Udara 5.

Menurut Yudo, puluhan kapal nelayan China itu makin berani melakukan aksi pencurian ikan. TNI terus melakukan komunikasi aktif dengan kapal penjaga pantai China. Namun pendekatan secara persuasif tersebut tidak diindahkan karena pihak China menganggap aktivitas mereka legal.

Yudo menegaskan, jika nantinya kapalkapal asing itu tetap berkeras bertahan, TNI akan melakukan operasi penegakan hukum di laut ZEE. Selanjutnya kapal ikan asing akan diperiksa dan ditangkap, serta diproses hukum. Sebab, sesuai hukum internasional untuk pelanggaran wilayah coas guard hanya akan diusir sesuai hukum internasional.

“Untuk kapal-kapal ikan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan Indonesia, harus ditangkap dan diproses hukum sesuai dengan hukum Indonesia,” kata Yudo, kemarin.

Baca juga : KPK Panggil Mantan Direktur Garuda

Tak hanya menambah kapal perang, TNI juga mengoperasikan empat pesawat tempur jenis F-16. Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Marsekal Pertama Ronny Irianto Moningka mengatakan, pesawat tempur F-16 itu akan melaksanakan operasi Lintas Elang 20. Kata dia, operasi itu sebenarnya operasi rutin. Hanya kali ini lokasinya bergeser ke wilayah Natuna.

Ronny menjelaskan, pergeseran empat pesawat tempur F-16 ke Natuna merupakan perintah dari Panglima TNI Marsekal Hadi Thjahjanto. Sikap China yang keras kepala ini bikin Majelis Ulama Indonesia (MUI) jengkel.

Sekjen MUI, Anwar Abbas mengaku, kecewa dengan sikap China. Ia pun mendesak, pemerintah mengkaji ulang kerja sama investasi dengan China. Anwar melihat China hanya mengedepankan kepentingan mereka saja dan mengabaikan kepentingan Indonesia.

“China dianggap sudah mengabaikan prinsip saling menhormati sehingga merugikan bagi Indonesia,” kata Anwar. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.