Dark/Light Mode

Keliling Australia, Jokowi Bahas Perdagangan Bebas

Sabtu, 8 Februari 2020 23:21 WIB
Presiden Jokowi saat meresmikan Taman Hutan Hujan Tropis Indonesia dan Hutan Pers Taman Spesies Endemik Indonesia pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di kawasan perkantoran Pemprov Kalimantan Selatan di Banjarbaru, Sabtu (8/2) siang.
Presiden Jokowi saat meresmikan Taman Hutan Hujan Tropis Indonesia dan Hutan Pers Taman Spesies Endemik Indonesia pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di kawasan perkantoran Pemprov Kalimantan Selatan di Banjarbaru, Sabtu (8/2) siang.

RM.id  Rakyat Merdeka - Usai membuka Hari Pers Nasional (HPN) 2020, Presiden Jokowi langsung terbang ke Australia. Seperti dikutip ABC News, Jokowi dijadwalkan akan berpidato di depan sidang gabungan DPR dan Senat Australia, Senin (10/02). 

Kedatangannya, disebut-sebut sebagai "hadiah" bagi Australia karena membawa kesepakatan Perjanjian Perdagangan Bebas kedua negara yang sudah lama tertunda.

Dalam tradisi parlemen di Australia, berpidato di depan suatu sidang gabungan, atau istilahnya 'joint sitting',merupakan kesempatan istimewa bagi kepala negara dan kepala pemerintahan negara sahabat.

Sebelumnya,  Presiden SBY pernah mendapat kesempatan tersebut, pada 10 Maret 2010. SBY menyampaikan pidatonya dalam Bahasa Inggris.

Saat itu, SBY sempat menyinggung pentingnya Australia sebagai tempat pendidikan bagi generasi muda Indonesia, termasuk anaknya sendiri, Edhie Baskoro Yudhoyono, yang akrab dipanggil Ibas.

"Saya mendengar cerita mengharukan dari WNI yang menempuh pendidikan dan bekerja di negara ini, termasuk dari anak saya, Ibas, yang menghabiskan waktu lima tahun di Curtin University," ujarnya.

Baca juga : Rapat Dengan Wapres, Tito Bahas Peran Kemendagri Tangani Stunting

Adapun momentum yang melatarbelakangi pidato SBY saat itu adalah tercapainya kesepakatan Lombok Treaty tahun 2005. Kesepakatan itu  mengukuhkan posisi Australia untuk menghormati kedaulatan RI dari Sabang sampai Merauke.

Lombok Treaty merupakan hadiah bagi Indonesia, karena hingga saat ini banyak pihak menuding Australia tidak menghormati kedaulatan RI dan dituduh mengompori kemerdekaan Papua Barat.

Kedatangan Presiden Jokowi kali ini bisa jadi sebuah "hadiah" untuk Australia, lewat kesepakatan perjanjian perdagangan bebas bernama IA-CEPA, atau'Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement'.

Sebelum Pemilu di Indonesia tahun lalu, IA-CEPA sudah ditekenoleh menteri terkait dari kedua negara.

Proses ratifikasi perjanjian ini di tingkat parlemen telah rampung dilakukan di sisi Australia, namun terhenti di sisi Indonesia, karena parlemen hasil Pemilu baru terbentuk dan adanya keberatan atas sejumlah aspek dalam perjanjian ini.

Hanya beberapa hari sebelum Presiden Jokowi bertolak ke Australia, tepatnya Selasa (4/02), Komisi VI DPR menyetujui IA-CEPA untuk ditetapkan dalam undang-undang.

Baca juga : Tiba di Australia, TNI Bantu Redakan Kebakaran Hutan

“Sembilan fraksi menyetujui RUU tentang Pengesahan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia - Australia untuk selanjutnya dibawa ke pembicaraan tingkat II dalam Rapat Paripurna untuk disahkan menjadi UU," ujar Wakil Ketua Komisi VI, Gde Sumarjaya Linggih.

Rapat Paripurna DPR yang berlangsung Kamis (6/02) dan diperkirakan IA-CEPA akan mendapat persetujuan.

Sebelumnya, para wakil rakyat ini menentang IA-CEPA. Mereka  menyatakan perjanjian ini lebih menguntungkan Australia daripada Indonesia.

Eksportir pertanian Australia misalnya, akan langsung mendapatkan manfaatnya, karena sapi potong dan sayuran akan bebas masuk ke Indonesia tanpa tarif sama sekali.

Sekitar 99 persen produk dan jasa Australia, bisa masuk ke pasar Indonesia, tanpa tarif atau dengan pengurangan tarif.

Indonesia diharuskan menghapus tarif hingga lima persen dan menawarkan akses bebas pajak bagi 575.000 ekor sapi dari Australia di tahun pertama, kemudian jumlahnya akan naik setiap tahun.

Baca juga : Juara Australia Open, Djoker Bisa Kudeta Nadal

Selain itu, penyedia jasa layanan kesehatan Australia, pertambangan, arsitektur dan teknik, universitas, dan lembaga pelatihan kejuruan boleh memiliki dan mengoperasikan bisnis di Indones

Investor Australia juga diizinkan memiliki 100 persen usaha pariwisata di Indonesia, seperti resor dan hotel mewah.Tak heran jika surat kabar 'The Australian' menyebut kedatangan Preisden Jokowi merupakan "hadiah" yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh Australia.

Sebaliknya, semua tarif yang tersisa untuk produk Indonesia termasuk tekstil, kopi dan minyak kelapa sawit akan dihapuskan. Jumlah visa liburan kerja (Visa WHV) untuk warga Indonesia juga akan meningkat dari 1.000 menjadi 4.100 per tahun.

Diperkirakan, akses ke pasar Australia akan memacu industri otomotif, tekstil, ekspor kayu, barang elektronik dan obat-obatan. Indonesia berharap IA-CEPA akan meningkatkan investasi langsung Australia yang mencapai sekitar 11 miliar dolar Amerika Serikat. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.