Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Dolar Nyaris 15 Ribu
Kejauhan, Dikaitin Ke Krisis Moneter 1998
Sabtu, 14 Maret 2020 07:34 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Rupiah tak berkutik lawan dolar AS. Dalam perdagangan kemarin, rupiah nyaris menyentuh angka RP 15 ribu. Amblesnya rupiah dianggap masih dalam batas normal. Jadi, kejauhan jika ada yang mengaitkan ambruknya rupiah kemarin dengan krisis moneter 1998 yang berujung kerusuhan, penjarahan dan tumbangnya presiden.
Di saat kondisi rupiah seperti itu, kemarin, pemerintah kembali mengeluarkan stimulus jilid kedua karena stimulus jilid pertama yang dirilis tampaknya belum ampuh meredakan kepanikan pasar terhadap corona. Pelaku pasar masih khawatir dengan penyebaran corona. Akibatnya pasar saham dan keuangan masih lesu.
Hal itu terlihat dalam perdagangan di pasar spot kemarin. Rupiah melemah melewati level Rp 14.800 per dolar AS. Angka itu melemah 2,07 persen dibandingkan penutupan sehari sebelumnya. Akibat pelemahan itu, beberapa bank nasional sudah menjual dolar AS di atas Rp 15 ribu per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, bukan hanya rupiah yang melemah. Mata uang negara di kawasan Asia ikutan tumbang. Hanya saja dibanding mata uang lain, rupiah mengalami pelemahan paling dalam. Bandingkan dengan Yen Jepang, Won Korea Selatan, Ringgit Malaysia, dan Baht Thailand.
Keempat mata uang itu menurun di kisaran 0,11,23 persen. Pasar saham pun masih lesu. Dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin, IHSG masih tenggelam di zona merah. IHSG bisa menguat tipis 0,24 persen naik ke level 4.907,5.
Baca juga : Indonesia Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Badminton Pelajar Asia 2021
Sehari sebelumnya IHSG terjun bebas ke leves 4.895. Ini adalah pelemahan terparah dalam 4 tahun terakhir. Sepanjang tahun ini, IHSG sudah ambles lebih dari 25 persen, sementara rupiah lebih dari 6 persen. Presiden Jokowi menyebut, guncangan terhadap pasar keuangan akibat wabah virus corona.
“Sekarang ini pasar keuangan di seluruh dunia mengalami keguncangan, kepanikan. Kita tidak bisa melawan kepanikan global,” kata Jokowi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin.
Menurut dia, pemerintah akan terus memantau pergerakan pasar yang terdampak corona. Pemerintah juga telah memberikan stimulus untuk menahan guncangan terhadap pasar keuangan dalam negeri. Stimulus antara lain berupa relaksasi dan kelonggaran pajak.
Pemerintah sudah mengeluarkan banyak paket kebijakan ekonomi untuk menangkal pelemahan ekonomi akibat dampak virus corona. Stimulus pertama, pemerintah menggratiskan pajak gaji buruh manufaktur atau PPH 21 selama 6 bulan.
Kemarin, pemerintah kembali menyiapkan paket kebijakan baru. Paket yang dirilis ini berupa kebijakan non iskal untuk mendorong kegiatan ekspor impor. Ada empat kebijakan yang disiapkan. Pertama, penyederhanaan dan pengurangan jumlah larangan dan pembatasan atau Lartas untuk aktivitas ekspor.
Baca juga : Kaltim Juara Umum Kejuaraan Angkat Besi Yunior Internasional
Kedua, penyederhanaan dan pengurangan jumlah Lartas untuk aktivitas impor khususnya bahan baku. Ketiga mempercepat proses ekspor dan impor untuk Reputable Traders, yakni perusahaan-perusahaan terkait dengan kegiatan ekspor impor yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.
Dan, Keempat, peningkatan dan percepatan layanan proses eks porimpor, serta pengawasan melalui pengembangan National Logistics Ecosystem (NLE).
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga meminta jajarannya untuk menyempurnakan protokol krisis sebagai jaring pengaman di sektor keuangan. Protokol krisis yang memadai dapat memberikan ketenangan pasar, pelaku ekonomi, dan pembuat kebijakan.
Sri Mul memastikan, akan terus meningkatkan kesiapan dan koordinasi yang baik bersama BI, OJK, dan LPS. Hal tersebut dilakukan berkaca dari krisis keuangan pada 1998 dan 2008. “Hari ini sistem keuangan kita, stabilitasnya, sedang hadapi kondisi tidak mudah,” ujarnya.
Meski terus waspada dan melakukan langkah antisipatif, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini berharap tak menggunakan protokol krisis. “Tapi sama seperti orang naik mobil yang punya ban serep, kita harus yakinkan seluruh mekanisme protokol krisis efektif,” ungkapnya.
Baca juga : KLHK Gelar Rakernis Wujudkan Indonesia Bebas Merkuri 2030
Gejolak di pasar saham dan keuangan ini mengingatkan orang pada gejolak pasar tahun 1998 hingga memicu krisis. Seperti yang dicuitkan pemilik akun @jojoe_gaza. Jojoe ikutan was-was dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
“Ini harus dicermati. Jangan-jangan ini menjadi awal petaka ambruknya ekonomi Indonesia. Seperti tahun 97-98 awal mula krisis moneter,” cuitnya. [BCG]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya