Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Hari Pertama Pembatasan Di Jakarta

Tukang Ojek Menjerit-jerit, Makan Minta Ke Tetangga

Sabtu, 11 April 2020 07:14 WIB
Tampak pengemudi ojek online pengantantar makanan sedang menunggu orderan di hari pertama diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, Jumat (10/4). (Foto: Dwi Pambudo/RM)
Tampak pengemudi ojek online pengantantar makanan sedang menunggu orderan di hari pertama diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, Jumat (10/4). (Foto: Dwi Pambudo/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta resmi berlaku, kemarin. Pada hari pertama kebijakan itu diterapkan, driver ojek online alias ojol menjerit. Pasalnya, mereka hanya boleh angkut makanan dan dilarang bawa penumpang.

Aturan itu tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 33 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Penanganan Covid-19 di Provinsi DKI Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sebetulnya, ingin ojol tetap bisa mengangkut penumpang. Pemprov DKI sudah mendiskusikan hal ini dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan kementerian Kesehatan (Kemenkes). Namun, keinginan itu terbentur Permenkes No. 9 tahun 2020. Hingga Pergub 33 diteken, tak ada perubahan dalam Permenkes tersebut.

"Pergub harus sejalan dengan rujukan Permenkes, maka ojek online hanya boleh mengangkut barang," ujar Anies di Balaikota, Jumat (9/4) malam.

Baca juga : Herman Dorong Menteri Erick Siapkan Manajemen Risiko untuk Jaga Kinerja BUMN

Gojek dan Grab sebagai aplikator ojol sudah menghapus fitur ojek penumpang di aplikasinya. Yang tersisa, hanya angkutan mobil, pemesanan makanan, serta pengiriman barang. Kedua perusahaan itu mengaku memang menutup sementara layanan tersebut. Selain karena mematuhi PSBB, dihapusnya layanan itu demi memastikan keselamatan para mitra driver ojol.

Tentu saja, pendapatan para driver ojol langsung seret. Sebelum ada larangan saja, tepatnya sejak work from home (WFH) ditetapkan tiga pekan lalu, pendapatan mereka sudah anjlok.

Andi, driver Gojek asal Kebayoran Lama, mengaku sama sekali tak mengantongi uang seharian kemarin. Biasanya, dia mengantongi sedikitnya Rp 150 ribu dalam sehari. Uang itu cukup untuk menghidupi istri dan dua anaknya, serta membayar cicilan motor.

"Sejak corona, saya cuma dapat maksimal 4 penumpang. Biasanya 10-12 sehari," ujar Andi sambil memegangi keningnya. "Hari ini amsyong. Saya numpang makan di rumah tetangga. Malu, tapi lapar," imbuh dia. Andi masih beruntung. Dia tinggal di rumah peninggalan neneknya. Tak perlu bayar kontrak.

Baca juga : Pertamina Patra Niaga Distribusikan Ribuan APD untuk Awak Mobil Tangki

Gabungan Aksi Roda Dua (Garda), organisasi yang mewadahi para driver ojol menyebut, sebagian driver tinggal di kontrakan atau kos. Karena sepinya order, mereka tak punya duit untuk membayar sewa. "Sampai ada yang sudah diusir oleh pemilik kontrakan dan mereka tinggal di basecamp," tutur Ketua Presidium Igun Wicaksono, kemarin.

Peristiwa yang menimpa driver ojol di Depok itu terjadi sebelum PSBB diberlakukan. Bisa jadi, kejadian-kejadian serupa terulang. Soalnya, menurut Igun, pendapatan utama driver ojol berasal dari mengangkut penumpang. Kontribusinya sekitar 70-80 persen. "Penghasilan kami sebagai ojol paling banyak ya dari penumpang bukan pengiriman barang dan makanan," bebernya.

Lagipula, lanjut dia, untuk mengambil orderan makanan, para driver ojol harus punya modal dulu. Mereka membeli makanan yang dipesan pelanggan dengan uang sendiri, baru diganti ketika makanan sudah diantarkan. "Padahal sampai sekarang aja tidak ada penghasilan," imbuh Igun.

Igun pun meminta, pemerintah memberikan kompensasi kepada para driver ojol. Tak hanya sembako, tapi juga bantuan langsung tunai alias BLT. Uang tunai itu bisa digunakan sebagai modal awal layanan pengantaran makanan.

Baca juga : Proyek Tol Laut Membuat Presiden Jokowi Kecewa

Garda sendiri mendorong pemerintah mengevaluasi layanan pengangkutan penumpang. "Kami mau protes keras kebijakan ini," tegasnya.

Igun berjanji, jika ojol diperbolehkan mengangkut penumpang, para driver akan mematuhi protokol kesehatan. Yang juga diminta Garda, aplikator memahami kondisi driver saat ini. Caranya, dengan memangkas setoran 20 persen menjadi minimal 10 persen untuk sementara.

Hal yang sama dikemukakan Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi. Dia menyebut, aturan yang melarang ojol mengangkut penumpang akan sangat memukul pendapatan driver. Sebab, menurut dia, 60 persen pendapatan driver berasal dari layanan itu. "Tetapi demi keamanan, kesehatan dan keselamatan kedua belah pihak (penumpang dan driver), ketentuan ini harus dipatuhi bersama," ujarnya, kemarin.[OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.