Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Para Pahlawan Daur Ulang Sampah Di Tengah Covid-19

Senin, 27 April 2020 18:52 WIB
Edi Permadi. (Foto: ist)
Edi Permadi. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi corona (Covid-19) punya dampak hampir ke semua lapisan masyarakat dan semua segi kehidupan. Tidak terkecuali dari sisi penanganan sampah termasuk di DKI Jakarta dan sekitarnya. Meski telah banyak yang bekerja dari rumah namun sampah akan tetap menyimpan masalah. Baik dari sisi jumlahnya juga dari sisi pengolahannnya.

Kali ini kami ingin mengangkat situasi yang terjadi di Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Bantar Gebang. TPST ini merupakan fasilitas pembuangan sampah untuk Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dengan luas 110,3 Ha TPST Bantar Gebang menampung 6.500 sampai 7.000 ton sampah per hari. Bahkan di 2019 bahkan rata-rata menerima 7.702 ton sampah per hari.

TPST ini menurut punya arti penting bagi masyarakat DKI Jakarta dan sebagian Jawa Barat. Setidaknya TPST ini menjauhkan masyarakat ibukota dari sumber penyakit yang ditimbulkan oleh penumpukan sampah yang tidak terurus.

Tidak hanya itu meski lokasinya tidak sehat TPST juga menjadi sumber penghasilan bagi ribuan orang yang memanfaatkan sampah yang bisa didaur ulang (recycle) termasuk di dalamnya sisa plastik, kertas, botol dan kaleng. Berton-ton sampah daur ulang ditimbang dan kemudian dijual kepada penerima dengan sebelumnya dibersihkan dan dirapihkan.

Ada kurang lebih 7.000 pemulung berkarya di TPST terbesar di Indonesia ini. Usia mereka pun beragam dari usia sekolah hingga yang usia lanjut. Karena pekerjaan ini, mereka sering diapresiasi sebagi pahlawan daur ulang (recycle hero) di mata rantai supply chain terakhir.

Baca juga : RSPAD: Menhub Budi Karya Sudah Negatif Covid-19

Setidaknya 33 persen dari sampah plastik dan kertas dari total 7.702 ton sampah per hari (2019) dapat didaur ulang menjadi bahan baku industri. Dengan kata lain, ada 2.541 ton sampah per hari dapat diselamatkan oleh para pemulung ini. Selain itu, sebanyak 28 persen atau 2.156 ton per hari potensi plastik yang bila didaur ulang. Bayangkan jika tidak dipilah dan dibiarkan bersama sampah lain, butuh 1.000 tahun untuk mendaur ulang secara alami untuk sampah plastik (dikutip dari laman resmi The Balance).

Keputusan Pemerintah memberlakuan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dengan pembatasan ruang gerak (work from home/WFH) di tengah pandemic Covid-19 memunculkan masalah tersendiri bagi TPST, seperti Bantar Gebang. Sampah-sampah terus menggunung karena pemulung tidak dapat melakukan pekerjaan seperti biasa mengingat pabrik daur ulang yang menerima hasil pekerjaan para pemulung berhenti operasi.  

Padahal ada 2.541 ton sampah plastik dan kertas per hari menambah stockpile yang selama ini direcycle ribuan pemulung. Tidak hanya itu, sebagian pemulung atau lebih dari separuh jumlah mereka yang berasal dari Kerawang, Indramayu, Bogor, Sukabumi bahkan Jawa Tengah dan Banten memilih untuk pulang kampung mengingat mereka tidak dapat bekerja lagi. 

Mereka mengabaikan larangan pemerintah untuk tidak kembali ke kampung, namun tidak ada pilihan. Lebih baik di kampung bersama keluarga jika hanya makan sekedarnya. Sementara mereka yang tidak memiliki ongkos untuk kembali ke kampung, memilih untuk tinggal di kawasan kumuh di TPST Bantar Gebang.

Sampai per 1 April 2020 ada 36 kasus positip Covid-19 di Bekasi dan 8 (delapan) di antaranya berasal dari Bantar Gebang. Namun, para pemulung tidak khawatir dengan ancaman pandemi virus tersebut. Bahan bagi pemulung anak-anak, selain tidak khawatir dengan kasus-kasus positip yang sudah muncul, mereka juga tidak  memusingkan jika sekolah libur panjang. Kekhawatiran mereka yang sebenarnya adalah tidak ada makanan setiap harinya  dan ini merupakan momok yang ditakutkan oleh para pemulung ini.

Baca juga : Petani Sawit Tolong Dibantu, Jangan Sampai Megap-megap Karena Corona

Hukum yang berlaku bagi para pemulung ini adalah, tidak bekerja tidak mungkin makan. Ini mungkin jauh berbeda dengan sektor informal lainnya seperti Ojek Online (OJOL), pedagang makanan, pedagang asongan dan lain-lain. Meskipun mereka tidak memiliki cicilan utang, tidak ada pekerjaan merupakan masalah hidup atau mati karena tidak bekerja. Pada saat pabrik daur ulang beroperasi para pemulung memiliki pendapatan sekitar Rp 50.000 per hari. Ini sekedar cukup buat makan sekeluarga.

Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya dalam situasi pandemic Covid-19 juga memperhatikan nasib para pemulung. Sangat bijak jika pemerintah dengan mempertimbangkan keputusan yang sudah dikeluarkan, memberi santunan (makan) bagi ribuan pemulung yang sudah tidak bekerja lagi hingga para pemulung dapat bekerja kembali seperti semula.

Namun demikian, cepat atau lambat, sampah yang terus bertumpuk akan menjadi masalah besar dan bahkan tidak menutup menjadi bagian tak terpisahkan dari penyebaran pandemi COVID-19 khususnya di Jakarta. Atau paling tidak penambahan sampah yang seharusnya dapat di daur ulang dan menambah beban tersendiri ke lingkungan.

Dalam konteks ini, para pemulung tersebut harus dapat bekerja kembali agar sampah tidak menggunung. Artinya juga adalah, mata rantai supply yang selama ini menjadi kegiatan ekonomi “terpaksa” harus dihidupkan lagi. Dengan mempertimbangkan kondisi peyebaran pandemi, pemerintah harus memberi pengawasan khusus kepada para pemulung yang bekerja agar mereka tidak menjadi pembawa dan sekaligus penyebar pasif dari Covid-19. Namun apakah mungkin?

Untuk menyelesaikan buah simalakama ini, harus ada bahasan khusus dari pemangku kepentingan terkait sebelum persoalan lain datang dari lingkungan yang terdekat dengan masyarakat yakni sampah!

Baca juga : Ekspor Manggis Laris Manis di Tengah Pandemi Covid-19

Edi Permadi

Penulis adalah Ketua Pembina Yayasan Sekolah Alam Tunas Mulia dan Alumni PPSA XXI Lemhannas RI

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.