Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tagar #MendikbudSalahUrus Menggema

Belajar Daring Tidak Merata, Listrik, Sinyal, Pulsa, Mahal

Kamis, 9 Juli 2020 08:47 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim
Mendikbud Nadiem Makarim

RM.id  Rakyat Merdeka - Kinerja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim rame diomongin netizen. Mayoritas bernada mengkritik.

Pangkal masalahnya, soal rencana Nadiem yang akan mempermanenkan belajar dari rumah meski pandemi corona sudah berakhir. Buntutnya, netizen membuat Tagar #MendikbudSalahUrus, pada Selasa (7/7). 

Sehari kemudian, tagar tersebut menjadi trending topic dengan lebih dari 12 ribu komentar. “Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh secara permanen belum cocok untuk diterapkan di Indonesia, mengingat segala keterbatasan yang dimiliki,” saut akun Hanaham. 

“Sebelum berencana menerapkan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) mending urus dulu kualitas internetnya masuk ke segala penjuru. Khususnya wilayah Indonesia bagian timur sangat ketinggalan terkait internet dan listrik,” tambah Izanagi. 

Izanagi mengatakan, di sekolah guru dan siswa bukan cuma bertatap muka, tapi juga proses pembentukan karakter oleh guru kepada siswanya agar jadi anak yang patuh, 
taat dan beradab sama keluarga, kerabat. “Juga lingkungan sosial di sekitarnya,” sambungnya. 

Anyendia mengatakan, faktor ekonomi dan teknologi yang belum merata menunjukkan wacana penerapan belajar jarak jauh tidak sesuai dengan kondisi Indonesia. 

Baca juga : Alat Penghemat Yang Beredar Di Pasaran, Tak Bisa Kurangi Tagihan Listrik

“Bila ini dipaksakan, smartphone & kuota internetnya siapa yang bayari? Kan ga semua rakyat mampu dan melek teknologi seperti di kota besar, yang di pelosok gimana? tanya dia. 

“Pembelajaran daring tidak merata, listrik, sinyal, pulsa data mahal, harusnya ini dipikirin baik­baik oleh Mendikbud. Jadi wajar dikritik terus sang menteri tidak profesional,” tambah D_Mechy. 

Vingga Dani menuding Mendikbud sudah termakan budaya pendidikan barat sampai lupa dengan kondisi pendidikan di Indonesia. 

“Coba lihat mas, kesadaran pelajar dalam belajar dan membaca itu bagaimana, janganlah mengambil keputusan obyeknya adalah orangorang barat,” kritiknya. 

Henny Brunner mengatakan, Indonesia punya kurikulum untuk sekolah terbuka dan universitas terbuka. Lalu kenapa keduanya itu tidak digunakan untuk kurikulum di kondisi pandemi Covid­19 sekarang. 

“Kasihan murid­murid di daerah yang tidak terjangkau dengan sistem pembelajaran berbasis internet,” kata dia. 

Baca juga : Kondisi Mencekam, PLN Matikan Listrik Di Jayapura

Abdullah menilai, belum ada kebijakan Kemendikbud yang dirasakan langsung oleh publik, khususnya para siswa dan mahasiswa, seperti keringanan iuran sekolah. “Di era belajar dari rumah,” kata dia. 

AttaLaevigata menuding Mendikbud tidak mengurusi pendidikan secara serius. Tidak ada stimulus bagi pendidikan sejak dari tingkat dasar sampai menengah. 

“Padahal kita tahu pendidikan kita selama ini mengalami krisis,” kritiknya. 

M Mirza mengusulkan agar Mendikbud diganti saja sebelum pendidikan ambyar. “Jangan mengorbankan generasi anak sekolah menjadi generasi terburuk pendidikan sepanjang sejarah,” kata dia.

Robert Syarifudin menimpali. Dia menyarankan @Kemdikbud_RI mempertimbangkan pendidikan tinggi (dikti) dan pendidikan dasar dipisah saja. Soalnya, ide Menteri Nadiem lebih cocok untuk Dikti. 

“Kalau untuk pendidikan dasar dan menengah, jatohnya ambyar semua baik Pak Nadiem maupun pelaksana lapangan,” tuturnya. 

Baca juga : PLN Terus Pulihkan Aliran Listrik, Sebagian Wilayah Sudah Normal

Basukining mengusulkan bila belajar jarak jauh dipermanenkan, SPP sekolah diturunkan dan materi yang disampaikan dalam daring sangat singkat paling lama 5 menit. “Baiknya hardcopy dari masing­masing materi juga dikirim ke masing­masing murid bisa dilakukan oleh Mendikbud kerjasama dengan pos,” usulnya. 

Sementara, menurut Nursfitri, Mendikbud Nadiem Makarim sudah membuat terobosan menarik di era pandemi corona. “UN 2020 ditiadakan, sekolah tatap muka yang aman, uang kuliah tunggal (UKT) dipotong 50 persen,” bebernya. 

“Nadiem kudu dipertahankan karena jadi Mendikbud yang pas saat pandemi covid19 dengan terobosan pendidikan digitalnya,” tambah Clara_catz. [TIF]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.