Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Jangan Tergiur

Alat Penghemat Yang Beredar Di Pasaran, Tak Bisa Kurangi Tagihan Listrik

Selasa, 24 Maret 2020 10:08 WIB
Petugas PLN tengah mengecek meteran listrik. (Ilustrasi/ist)
Petugas PLN tengah mengecek meteran listrik. (Ilustrasi/ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - PLN mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan alat yang dapat menghemat tagihan rekening listrik. Alat tersebut, tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Vice President Public Relation PLN, Dwi Suryo Abdullah menegaskan, penghematan listrik, tidak bisa dilakukan dari sebuah alat, tetapi bagaimana prilaku konsumen sendiri dalam menggunakan kebutuhan listriknya.

Seperti diketahui belakangan ini banyak beredar promosi alat penghemat listrik dalam berbagai bentuk yang menyasar masyarakat.

Untuk itu PLN meminta masyarakat lebih waspada dan tidak memasang alat penghemat listrik yang ditawarkan oleh pihak manapun, termasuk yang mengaku petugas resmi dari PLN.

"Kami tegaskan bahwa PLN tidak pernah mengeluarkan produk berupa alat penghemat listrik," tegas Dwi Suryo Abdullah dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (24/3/2020).

Baca juga : Asyik, Pemerintah Pastikan Tak Ada Kenaikan Listrik Sampai Juni 2020

Dijelaskan, alat penghemat listrik yang ditawarkan umumnya berupa peralatan kompensator daya yang diklaim mampu menghemat listrik, atau mampu memperkecil pembacaan nilai daya aktif yang terukur pada kWh meter.

Kajian diberbagai laboratorium teknik dilakukan melalui pengukuran langsung nilai daya dan energi, sudut fasa, harmonisa, juga pengamatan bentuk gelombang arus dan tegangan dengan menggunakan peralatan Power Quality and Energi Analyzer serta Osiloskop.

Pengukuran dilakukan pada dua kondisi yaitu ketika alat kompensator daya digunakan maupun tanpa alat kompensator daya.

Hasil kajian dari berbagai merek dagang, penggunaan alat kompensator daya tidak memberikan dampak terhadap konsumsi daya aktif oleh beban, dengan demikian alat kompensator daya tidak dapat membantu mengurangi konsumsi energi pada pelanggan dan tidak mempengaruhi pengukuran energi pada kWh meter.

"Semua alat penghemat listrik yang diteliti dilaboratorium dan beredar di pasaran merupakan komponen pasif yang terdiri dari kapasitor dengan rangkaian pendukungnya," katanya.

Baca juga : Jaksa Agung Minta Penuntutan Dilakukan Sesuai Hati Nurani Dan Keadilan

Saat dipasang pada beban rumah tangga yang bersifat resisitif lanjut Dwi, penggunaan alat penghemat listrik dapat memperburuk faktor daya dan justru akan memperbesar energi terukur.

“Jadi alat penghemat listrik hampir pasti tidak bisa mengurangi tagihan listrik,” tegasnya.

Mengapa tidak bisa? Menurutnya, alat tersebut mengurangi arus, atau mengurangi energi reaktif (VAr), bukan energi aktif (Watt), sementara yang dibayar konsumen adalah energi aktif (Watt) dikali waktu, yang satuannya kilo Watt-Jam, atau kWh.

“Lalu, mengapa jawabannya hampir pasti tidak bisa? Ya, karena untuk pelanggan tertentu khususnya berdaya terpasang yang besar, PLN membatasi penggunaan energi reaktif (kVArh) dengan memasang kVArh-meter. Artinya, apabila pelanggan memakai lebih dari batas daya reaktif yang dikonsumsi, akan dikenakan biaya yang diukur oleh kVArh,” jelas Dwi.

“Sehingga pengunaan alat hemat listrik yang dipromosikan ini, bisa saja memang dapat mengurangi kompensasi kelebihan kVArh namun harus dihitung betul berapa daya reaktif yang akan dikompensasi oleh alat tersebut,” tambah Dwi.

Baca juga : 78 WNI Di Kapal Pesiar Tak Perlu Diobservasi Lagi

Dengan hasil kajian tersebut, PLN menghimbau kepada seluruh pelanggan untuk tidak memasang alat penghemat listrik yang ditawarkan karena tidak terbukti dapat mengurangi tagihan listrik, bahkan akan meningkatkan pengukuran energi listrik.

Peningkatan tagihan biasanya sejalan dengan penambahan penggunaan listrik. "Terkadang kita tidak merasa kalau peralatan elektronik kita bertambah, misalnya dulu tidak menggunakan ac, sekarang menggunakan AC ataupun alat elektronik lain. Ini tentu akan meningkatkan penggunaan listrik. Mengingat tarif listrik khususya untuk rumah tangga sejak 2017 tidak pernah ada kenaikan yaitu sebesar Rp 1.467/kwh," tandas Dwi Suryo Abdullah. [FAZ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.