Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Covid-19 Bisa Makin Parah Jika Kasus Kebakaran Hutan Terulang

Rabu, 26 Agustus 2020 12:25 WIB
Senior public health adviser di Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI), Kalimantan Barat, Monica Nirmala,
Senior public health adviser di Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI), Kalimantan Barat, Monica Nirmala,

RM.id  Rakyat Merdeka - Wabah corona (Covid-19) bisa makin parah jika kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terulang lagi di tahun ini. Senior public health adviser di Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI), Kalimantan Barat, Monica Nirmala, menilai Covid-19 dan Karhutla keduanya mengancam paru-paru dan keselamatan tiap manusia.

Dia melansir dari The Strait Times Asap lintas batas akibat karhutla didokumentasikan pertama kali pada bulan Oktober 1972.

Empat dekade bencana asap selalu terjadi hampir setiap tahunnya. Dia khawatir dalam pandemi ini kasus kebakaran hutan kembali terjadi.

"Sejak lama terjadi dan terulang. Apakah Karhutla kembali terulang di masa pandemi ini," kata Monica dalam keterangan tertulisnya kepada Rakyat Merdeka.

Alumni Harvard University ini menyebut, setidaknya ada lima kaitan antara Covid-19 dan karhutla, serta mengapa Indonesia perlu bertindak sekarang untuk mencegah “festival asap” berulang di tahun pandemi. "Saya menyingkatnya menjadi 5S," cetus Monica.

Baca juga : Polda Metro Jaya Lanjutkan Olah TKP Kebakaran Kejagung

Pertama, susceptibility atau kerentanan tertular virus. Ciencewicki dan Jasper (2007) menunjukkan bahwa paparan terhadap polusi udara dapat melemahkan imunitas tubuh terhadap infeksi virus pada saluran pernapasan.

Makrofag, salah satu jenis sel imun tubuh manusia yang berfungsi melawan virus dengan cara “melahapnya” (fagositosis), terbukti menurun fungsinya akibat paparan polusi.

Dengan melemahkan sistem imun manusia, asap Karhutla berpotensi meningkatkan kerentanan seseorang tertular Covid-19," tuturnya.

Kedua, severity atau keparahan penyakit. Asap karhutla mengandung partikel kecil kurang dari 2.5 mikrometer (PM2.5) yang beracun bagi paru-paru dan tubuh manusia. Paparan PM2.5 meningkatkan kondisi peradangan pada paru-paru (Qing et al, 2019).

Untuk mengatasi peradangan pada saluran pernapasan, reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2)—penghasil enzim anti-inflamasi—jumlahnya meningkat.

Baca juga : Cegah Covid, Ini Adaptasi Kebiasaan Baru Pelindo 3

Sedangkan, reseptor ACE2 inilah yang dia istilahkan sebagai pintu masuk bagi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 berikatan pada sel tubuh manusia.

"Semakin banyak ACE2, semakin banyak virus yang dapat berikatan pada sel tubuh, maka bisa semakin parah penyakitnya," katanya.

Melalui mekanisme inilah diperkirakan asap karhutla dapat memperparah kesakitan akibat Covid-19 (Comunian et al, 2020).

Di samping itu, asap karhutla juga berkaitan erat dengan penyakit-penyakit pada organ pernapasan, jantung dan pembuluh darah, serta peradangan sistemik yang mana seluruhnya adalah komorbid dari Covid-19 itu sendiri.

"Artinya, jika kedua kondisi Covid-19 dan karhutla terjadi bersamaan, dampak kesakitannya bisa lebih parah," katanya.

Baca juga : Al-Qaeda Masuki Utara, Militer Mali Lancarkan Kudeta

Bahkan, studi Wu, Nethery, et al (2020) menunjukkan bahwa peningkatan polusi PM2.5 sebesar 1 µg/m3 berasosiasi dengan 8 persen peningkatan kematian akibat Covid-19. Ketiga, sistem atau beban pada sistem kesehatan.

Secara terpisah, baik Covid-19 maupun karhutla, meningkatkan kunjungan pasien di rumah sakit secara signifikan (Black et al, 2017).

Jika keduanya datang bersamaan di tahun pandemi ini, maka kapasitas rumah sakit di Indonesia, khususnya di banyak daerah yang jumlah tempat tidurnya di bawah standar WHO, bisa jadi tak sanggup menampung lonjakan pasien yang datang.

Ketika sistem kesehatan membludak, maka pasien-pasien berpotensi tidak tertangani dengan baik atau bahkan tidak tertangani sama sekali.

Kondisi ini dapat berujung pada kelebihan kematian (excess deaths) pada kasus Covid-19 maupun non-Covid-19. Keempat, spread atau penularan virus.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.