Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ekonomi Resesi, Corona Menggila

Jokowi Masih Tegakkan Kepala

Minggu, 27 September 2020 08:53 WIB
Presiden Jokowi memberikan sambutan Pembukaan Muktamar IV Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Tahun 2020 secara virtual melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, kemarin. (Foto: Biro Pers Istana)
Presiden Jokowi memberikan sambutan Pembukaan Muktamar IV Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Tahun 2020 secara virtual melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, kemarin. (Foto: Biro Pers Istana)

 Sebelumnya 
Karena itu, ia meminta pemerintah memperbanyak kapasitas pelacakan kontak. WHO menyarankan pelacakan terhadap 10-30 orang kontak dekat dari setiap pasien positif Corona. Menurut dia, Jakarta yang paling mumpuni pun baru bisa melacak empat orang dari setiap kasus positif. Rasio pelacakan kontak di daerah-daerah lain bisa lebih rendah lagi. “Tanpa pelacakan kontak yang massif, akan terus muncul kasus-kasus baru. Dan kurva akan terus menanjak, sehingga belum bisa diprediksi kapan puncak dari pandemi,” kata Iwan. 

Soal resesi ekonomi, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah meyakini semua negara hanya tinggal menunggu waktunya saja. Ia meyakini resesi saat ini adalah sebuah kenormalan baru. Perbedaannya hanya masalah kedalaman dan kecepatan recovery. 

Baca juga : Dokter Angkat Tangan

Negara-negara yang pertumbuhan ekonominya bergantung kepada ekspor, kata dia, akan mengalami double hit, sehingga kontraksi ekonomi akan jauh lebih dalam. Sebut saja saja Singapura dan India. Namun saat ini yang lebih penting bukan memperdebatkan resesi. Tapi melakukan mitigasi agar dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi. Menurutnya, apabila dunia usaha bisa bertahan, tidak mengalami kebangkrutan, Indonesia akan bisa segera bangkit kembali dengan cepat. “Negara yang tidak secara cepat merespons dampak wabah Covid-19, menyelamatkan perekonomiannya, berpotensi jatuh ke jurang krisis, yang artinya proses recovery akan berjalan lambat,” kata Piter. 

Ekonom senior Faisal Basri menyarankan sebaiknya Jokowi belajar dari Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menangani tsunami Aceh. Saat itu, tsunami diurus oleh satu orang yang tak menempati jabatan strategis dalam kabinet yakni Ketua Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi, Kuntoro Mangkusubroto. “Mungkin bukan Pak Kuntoro-nya yang ditunjuk, tapi kualifikasi seperti Pak Kuntoro-nya, yang full time 24 jam kerja. Tidurnya barangkali cuma 2 jam dan ini dipuji secara internasional. Jadi kita punya pengalaman walaupun lebih parah sekarang kasusnya,” ujarnya. 

Baca juga : Jokowi Wanti-wanti Menteri Tidak Jalan Sendiri-sendiri

Sementara saat ini, untuk urus Corona yang jauh lebih besar dampaknya dibanding tsunami, Jokowi malah menunjuk Luhut Panjaitan. Padahal sebagai Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut tak akan dapat fokus menjalankan tugas-tugas pengendalian Corona. “Tidak ada yang bekerja full time untuk menangani virus ini. Komandannya itu tidak kerja full time. Ini barangkali yang perlu mudah-mudahan tergerak hatinya, ayo virus ini bahaya sekali, panglima perangnya harus full time,” imbuhnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.