Dark/Light Mode

Pastikan Ekonomi Resesi

Sri Mulyani Ngaku Sudah Keluarkan Semua Jurusnya

Rabu, 23 September 2020 06:52 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani

RM.id  Rakyat Merdeka - Sudah banyak jurus yang dikeluarkan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menyelamatkan ekonomi kita. Namun nyatanya, kocek negara jebol Rp 500 triliun.

Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menyentuh level Rp 15 ribu. Sri Mul yang sebelumnya selalu optimis, akhirnya pasrah juga. Ekonomi Indonesia dipastikan masuk resesi akhir September nanti.

Kabar resesi dari Sri Mul ini tentu mengejutkan. Soalnya dari awal Sri Mul selalu menyimpan sedikit optimisme dalam melihat pertumbuhan ekonomi di masa pandemi ini.

Lihat saja proyeksi yang dibikin Sri Mul sebelumnya. Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga di kisaran minus 1,1 sampai 0,2 persen.

Baca juga : Pandemi Memburuk, Mungkinkah Pilkada Ditunda?

Dengan prediksi itu Sri Mul seolah ingin menyampaikan ekonomi Indonesia tetap tumbuh dan terhindar dari resesi. Namun seiring perkembangan waktu dan melihat kondisi ekonomi di lapangan yang makin berat, harapan ekonomi bisa tumbuh positif pun hilang.

Saat menyampaikan keterangan pers melalui virtual kemarin, Sri Mul menyampaikan pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga nanti diramal tetap jeblok. Hanya angkanya tak separah dengan kuartal kedua yang mencapai minus 5,32 persen.

Pada kuartal ketiga nanti, pertumbuhan ekonomi diramal di kisaran minus 2,9 sampai minus 1 persen. Dengan demikian, berarti ekonomi Indonesia dua kali mengalami minus secara berturut-turut.

Artinya secara teori, Indonesia resmi masuk resesi. Sri Mul mengungkapkan pada Juni lalu memang ada rebound. Ekonomi mulai bergerak. Namun tak cukup menggerakkan ekonomi untuk tumbuh.

Baca juga : Komisi XI DPR: Kesehatan dan Ekonomi Harus Berjalan Bersama dan Seimbang

“Ini artinya, pertumbuhan negatif kemungkinan akan terjadi pada kuartal ketiga dan mungkin juga masih akan berlangsung untuk kuartal keempat yang kita upayakan bisa dekat 0 persen atau positif,” kata Sri Mul.

Sri Mul menambahkan, sebagian besar lembaga global memproyeksikan ekonomi Indonesia akan terkontraksi hingga akhir tahun.

OECD, misalnya, lembaga tersebut memperkirakan ekonomi Indonesia berada di kisaran minus 3,3 persen. Dari proyeksi Kementerian Keuangan, hampir semua sektor penopang pertumbuhan ekonomi di tahun ini mengalami penurunan.

Konsumsi rumah tangga turun, kinerja ekspor melemah dan Investasi loyo. Hanya konsumsi pemerintah yang tumbuh positif karena berbagai bantuan yang diberikan pada masa pandemi ini.

Baca juga : Uni Eropa Siap Kucurin Pinjaman Rp 5,2 Triliun

Tingginya konsumsi pemerintah membawa dampak tersendiri. Beban APBN jadi sangat berat. Artinya pendapatan negara seret, sementara pengeluaran untuk berbagai program pemulihan ekonomi sangat besar.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.