Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, ada potensi terinfeksi kembali bagi para alumni Covid-19. Sebab, antibodi para penyintas Covid-19 dapat menurun. Sementara pandemi masih berlangsung dan penyebaran terus meluas.
"Untuk para penyintas Covid-19, terus jaga kesehatan. Ada potensi reinfeksi. Antibodi kan menurun seiring waktu. Orang berisiko kembali terinfeksi," ungkap Dicky dalam Focus Group Discussion Rakyat Merdeka bertajuk Waspada Lonjakan Kasus Covid Pasca Liburan Akhir Tahun, Rabu (30/12).
Namun, Dicky menambahkan, ada penelitian menyatakan, semakin parah sakit penyintas Covid-19 selama terinfeksi, maka antiodinya akan semakin kuat dan cenderung bertahan lebih lama.
Baca juga : RI Kawal Pasokan Vaksin Covid-19 Dengan Jalur Diplomasi
"Nah sejalan dengan program vaksinasi, bagi penyintas Covid-19, khususnya yang sakit ringan inilah, harus tetap divaksin. Pada intinya vaksinasi harus menyasar semuanya," tambahnya.
Karenanya, dia meminta pemerintah mulai memperhatikan dan memitigasi para alumni Covid-19. Para penyintas juga harus dipantau setelah negatif Covid-19.
"Fungsi paru, jantungnya pasti rusak atau menurun. Tapi bisa diperbaiki. Pastikan penyintas ini benar-benar pulih. Ini tugas pemerintah. Penyintas ini harus diberi dukungan," ujarnya.
Baca juga : Meriang Atau Kena Covid-19
Dicky menyarankan, pemerintah dan media jangan mengutamakan penyajian data angka jumlah orang yang pulih dari Covid-19. Sebab, orang yang pulih dari Covid-19, harus dipastikan tidak mengalami komplikasi dan efek samping penyakit jangka panjang. Terutama pada organ paru dan jantung.
"Memang harus ada dukungan perawatan bagi para penyintas. Supaya tidak menurun kualitas kesehatannya. Di Eropa, penyintas ini diperhatikan banget. Ini juga untuk ilmu pengetahuan. Di Indonesia, sudah ada pemantauan. Tapi belum maksimal. Apalagi jumlahnya sangat banyak," kata Dicky.
Jika sudah hilang gejalanya, para penyintas Covid-19 tidak diswab lagi? Apakah kebijakan seperti ini tepat?
Baca juga : PBNU Salurkan Alkes Covid-19 Senilai Rp 25 M
Sejauh ini, Dikcy menilai, kebijakan ini masih bisa ditolerir. Sebab, ada keterbatasan jumlah tes PCR.
"Jadi lebih diprioritaskan untuk yang belum kena. Ketika terbatas, yang paling penting kan yang belum kena. Umumnya yang sudah isolasi dua minggu, tidak bisa menginfeksi orang lain. Tapi memang idealnya, harus diswab lagi. Di beberapa daerah, juga ada yang tidak patuh isolasi lebih 10 hari. Ini harus dipastikan dan dipantau," tandasnya. [FAQ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya