Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Rakornas Perpustakaan 2021

Kemampuan Literasi Tinggi Tingkatkan Produktivitas Masyarakat

Selasa, 23 Maret 2021 14:11 WIB
Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, Bappenas, Amich Alhumami (Foto: Dok. Perpusnas)
Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, Bappenas, Amich Alhumami (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Literasi tidak bisa dilepaskan dari dua agenda pembangunan strategis, yakni kebudayaan dan sumber daya manusia. Ketersinggungan nyata antara literasi, pendidikan, dan kebudayaan dipercaya akan melahirkan masyarakat berpengetahuan (knowledge society). Kondisi ini diyakini akan meningkatkan produktivitas masyarakat.

“Dengan membangun pendidikan yang baik literasi dapat meningkat. Sebaliknya, dengan literasi yang rendah justru bisa dipastikan akan menimbulkan konsekuensi lain yang lebih memakan biaya dan menyita waktu. Maka, penting membekali anak dengan keterampilan baca, khususnya di rentang usia 8-10 tahun,” ujar Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amich Alhumami, pada Rakornas Perpustakaan 2021 yang digelar secara daring, Selasa, (23/3). 

Baca juga : Kepala Perpusnas Tekankan, Peningkatan Literasi Tanggung Jawab Bersama

Amich menjabarkan lima konsekuensi yang akan dirasakan ketika literasi rendah. Pertama, biaya pendidikan lebih mahal. Kedua, tidak produktif ketika memasuki dunia kerja. Ketiga, pendapatan rendah yang berimbas pada kesejahteraan. Keempat, ongkos kesehatan menjadi mahal. Kelima, angka kriminalitas meningkat.

Amich menerangkan, negara dengan proporsi penduduk yang bekerja sangat besar di berbagai lapangan dan jenis pekerjaan justru mensyaratkan kemampuan baca yang tinggi. Sebab, masyarakat yang punya kemampuan baca tinggi cenderung lebih produktif. Terlebih di era serakang, ketika teknologi berperan penting dalam perekonomian, nyaris dipastikan semua memerlukan kemampuan analisis dan keterampilan komunikasi sehingga kausalitas antara produktivitas tinggi dan kemampuan membaca di tempat kerja merupakan hal yang lumrah.

Baca juga : PKK Diharap Bisa Menjadi Motor Penggerak di Tengah Masyarakat 

“Sebaliknya, di negara yang belum menjadikan keterampilan membaca sebagai ukuran kinerja di tempat kerja, cenderung kurang produktif. Produktivitasnya rendah,” tambah Amich.

Menurut data Global Knowledge Index 2020 yang dirilis Bappenas, diketahui bahwa Indonesia menempati peringkat ke-81 dari 138 negara, dan peringkat ke-23 dari 36 negara dengan pembangunan manusia yang tinggi. Sedangkan, di lingkup ASEAN, Indonesia malah berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Baca juga : Akreditasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Tingkatkan Minat Masuk Kampus

“Perlu perbaikan serius untuk mengatasi disparitas yang mencakup aspek ekonomi, pendidikan, teknologi, riset ilmiah, dan vokasi. Dengan kata lain, Indonesia masih perlu melakukan upaya peningkatan kapasitas dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui berbagai strategi, program, dan kegiatan yang tepat,” pungkas Amich. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.