Dark/Light Mode

Soal Peretasan HP Dan Medsos Aktivis

Istana Ikutan Geram

Minggu, 23 Mei 2021 07:40 WIB
Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP), Jaleswari Pramodhawardani. (Foto: Dok. KSP)
Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP), Jaleswari Pramodhawardani. (Foto: Dok. KSP)

 Sebelumnya 
Pengamat hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tholabi Karlie meminta kepolisian serius mengatasi persoalan ini. Karena kasus ini masuk kategori kejahatan siber. “Pengungkapan kasus ini penting dilakukan agar masalah ini terang benderang, tidak menimbulkan syak wasangka satu dengan lainnya,” kata Tholabi, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Untuk diketahui, aksi peretasan pertama kali muncul saat Indonesia Coruption Watch (ICW) menggelar diskusi bertemakan “Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai”, Senin (17/5). Acara tersebut menghadirkan mantan komisioner KPK. Antara lain Busyro Muqoddas, Adnan Pandu Praja, Moch Jasin, Saut Situmorang, Abraham Samad, dan Agus Rahardjo. Sedangkan perwakilan ICW ada Nisa Zonzoa, Kurnia Ramadhana, dan Tamima. Karena masih pandemi Covid-19, diskusi berlangsung melalui aplikasi Zoom.

Di sela-sela acara, fakta di luar tema terungkap lewat pengakuan Busyro Muqoddas. Dia mengatakan, sebelum mengisi diskusi, dirinya diteror bertubi-tubi oleh nomor tidak dikenal atau robocall. Menurutnya, nomor yang mengganggunya memiliki kemiripan. Angka di awal sama, yakni 0821, namun di belakang berbeda-beda secara berurutan.

Baca juga : Kecam Peretasan Terhadap Aktivis, KSP: Ini Meresahkan

Hal senada juga dialami Bambang Widjojanto. Akibatnya, ia terlambat menghadiri diskusi ICW lantaran ada pihak tak bertanggung jawab mengambil alih telepon genggamnya. Seperti Busyro, Bambang juga diberondong panggilan telepon.

Peneliti ICW, Wana Alamsyah mengaku terdapat sembilan pola peretasan selama diskusi berjalan. Mulai akun tak dikenal masuk dengan menggandakan nama pembicara dan nama staf ICW. Kemudian mendadak muncul foto, video porno dan mikrofon mendadak bisu serta video mati. Kejadian peretasan nyaris sama semuanya. Beberapa orang yang diretas diberondong panggilan telepon dari nomor Amerika Serikat dan nomor Telkomsel.

Korban peretasan ternyata tak hanya menyasar para aktivis anti korupsi dan eks pimpinan KPK saja. Teranyar, peretasan juga terjadi kepada penyidik senior KPK, Novel Baswedan dan Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar-Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK, Sujanarko. Nomor telepon dua orang yang namanya masuk daftar 75 pegawai yang dibebastugaskan tersebut secara tiba-tiba membuat akun Telegram.

Baca juga : Asalkan Ada Datanya, Komisi I Siap Respons

Novel mengumumkan dugaan peretasan itu melalui akun pribadinya di Twitter. Dia mengatakan, akun Telegram-nya diduga tak lagi di bawah kendali dirinya sejak pukul 20.22 WIB pada Kamis 20 Mei 2021.

Mantan juru bicara KPK, Febri Diansyah juga menjadi salah satu korban peretasan. Meski belum diketahui penyebabnya, tapi kuat dugaan hal ini terkait dengan polemik TWK dan nasib 75 pegawai KPK yang selalu disuarakannya.

Febri pun berbagi cerita. Menurut dia, upaya peretasan pertama terjadi terhadap akun Telegram miliknya. Ia mendapat notifikasi pada sekitar pukul 22.46 WIB, Kamis 20 Mei malam. Ia mendapat notifikasi ada yang mencoba mengambil alih akun Telegram miliknya. Saat itu, tercatat upaya itu berasal dari Fukuoka, Jepang, sekitar pukul 22.51 WIB.

Baca juga : Anies Nggak Mau Geer

Tak sampai dua menit dari upaya peretasan yang pertama, muncul upaya peretasan lain. Kali ini menyasar akun WhatsApp. Ia tiba-tiba mendapat notifikasi e-mail two step verification akun WhatsApp miliknya sudah di-reset. Setelah itu, WA-nya tidak bisa diakses.

Guna mencegah akunnya disalahgunakan, Febri kemudian menghubungi sejumlah rekannya untuk mengeluarkan nomornya dari sejumlah grup WA. Ia pun membuat pengumuman soal peretasan itu, termasuk mengumumkannya di akun media sosial miliknya.

Ia mengaku sempat mencoba mengakses kembali akun WhatsApp tersebut. Namun, kode OTP tidak kunjung masuk dalam kotak masuk SMS handphone miliknya. Kuat dugaan, nomor Febri sedang di-takeover, makanya SMS OTP tidak masuk ke HP. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.