Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memastikan, vaksin yang ada saat ini masih manjur dan efektif melawan varian baru virus Corona. Tapi diingatkannya, tidak menutup kemungkinan vaksin yang ada sekarang jadi tidak efektif ketika muncul banyak mutasi atau varian virus Corona baru.
“Dampak varian, vaksin ini masih efektif. Tidak usah takut, buruan divaksin sebelum keburu vaksinnya tidak mempan lagi dengan virusnya,” ajak Nadia, saat diskusi virtual di Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan, saat ini Indonesia sudah berhasil mengidentifikasi 70 kasus mutasi virus SARS-CoV-2 yang tergolong Variant of Concern (VoC), yang berhasil teridentifikasi di Indonesia berdasarkan hasil Whole Genome Sequence (WGS) secara berkala. Rinciannya, 34 kasus B1617, 31 kasus B117, dan 5 kasus B1351.
Baca juga : Jangan Remehin Varian Baru Covid-19, Lindungi Keluarga
Meski begitu, hingga saat ini vaksin Covid-19 yang ada masih cukup kuat dan efektif. Merujuk hasil penelitian lembaga kesehatan di Inggris, dua dosis vaksin AstraZeneca 66 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian Covid-19 B117. Sementara, satu dosis vaksin AstraZeneca, 50 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian B117 setelah 3 minggu disuntikkan.
Penelitian yang dilakukan PHE dalam rentang waktu 5 April hingga 16 Mei 2021 ini juga menyatakan, dua dosis vaksin AstraZeneca 60 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian B1617 asal India. Pemberian satu dosis vaksin AstraZeneca 33 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian B1617 pasca 3 minggu vaksin tersebut disuntikkan.
Kemudian, vaksin dari perusahaan farmasi Pfizer disebut 88 persen efektif melawan gejala dari B1617 setelah pemberian dua dosis vaksin, dan 93 persen efektif melawan varian B117. “Jadi masih sangat efektif, mau itu Pfizer, AstraZeneca atau Novavax. Abaikan saja ilmuwan yang ngomong ‘oh ini turun, oh ini seperti ini’, tidak apa-apa, toh ilmuwan sudah divaksin juga,” ungkapnya.
Baca juga : Nambah Terus, Hari Ini Positif Covid-19 Tembus 8.083 Orang
Selain itu, Nadia memastikan, kasus kematian pascavaksinasi tidak ada hubungannya dengan pemberian vaksin Covid-19. Diungkapkannya, 29 laporan kematian warga pascavaksinasi tidak terkait dengan pemberian vaksin Covid-19. Sementara satu kasus lainnya hingga saat ini masih dalam proses investigasi. Sejauh ini terdapat 27 laporan kematian warga pascavaksinasi Sinovac, dan 3 laporan kematian setelah menerima suntikan dosis vaksin AstraZeneca.
“Laporan yang diduga kematian akibat pasca vaksinasi Sinovac, semua jelas bahwa tidak ada hubungan dengan vaksin. Yang AstraZeneca memang ada 3 kasus, yang pertama itu masih belum selesai hasil investigasi sampai autopsinya, tapi yang dua lainnya karena Covid19 dan radang di paru-parunya,” jelas Nadia.
Untuk Sinovac, Nadia merinci dari 27 laporan kematian Sinovac ada 10 kasus kematian warga akibat Covid-19, 14 lainnya akibat penyakit jantung yang dimilikinya, 2 kasus diabetes dan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dan 1 kasus lainnya gagal ginjal akut. [DIR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya