Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

50 Tahun CSIS, Mahfud MD Bicara Peyanderaan Demokrasi

Senin, 26 Juli 2021 19:13 WIB
50 Tahun CSIS, Mahfud MD Bicara Peyanderaan Demokrasi

RM.id  Rakyat Merdeka - Demokrasi seharusnya menjadi penguat dan perekat ikatan kebangsaan. Namun, belakangan ini, beberapa pihak mengendarai demokrasi justru bertindak destruktif terhadap kokohnya kebangsaan.

Hal ini diungkapkan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD saat menjadi keynote speaker Webinar 50 Tahun Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, bertajuk Meneguhkan Kebangsaan, Demokrasi dan Kesejahteraan, Senin (26/7).

Mahfud menilai, belakangan ada gejala penodaan terhadap ikatan kebangsaan dilakukan melalui proses-proses yang secara formal konstitusional demokratis.

Baca juga : Mahfud MD: Tangani Pandemi, Pemerintah Butuh Ulama

"Diskriminasi atau dominasi yang menimbulkan intoleransi justeru dibangun dengan cara yang katanya demokratis, korupsi bisa dibangun melalui demokrasi, kesewenang-wenangan dilakukan atas nama kekuasaan yang sudah diperoleh secara demokratis," ujar Mahfud.

Mahfud menambahkan, saat ini yang diperlukan adalah langkah yang secara demokratis untuk mengubah situasi yang ditimbulkan oleh fakta penyanderaan terhadap demokrasi.

"Misalnya, kita setuju perbaikan UU tentang treshold, UU Pemberantasan Korupsi, RUU Pembatasan Transaksi Uang Kartal, dan sebagainya. Tetapi masalahnya partai politik dan DPR tak setuju," jelas Mahfud MD.

Baca juga : Kasus Covid Masuk 4 Besar, Banten Disemprit Kiai Maruf

Ia pun meminta agar permasalahan ini menjadi renungan bersama. Karena, tak hanya berasal dari legislatif, benturan juga datang dari pengusaha yang berniat berbuat nakal maupun benturan internal birokrasi pemerintah sendiri. 

Menurut Mahfud, mencari jawaban normatif atas problem demokrasi di Indonesia, sangat gampang dan banyak. Yang sulit adalah langkah-langkah yang harus ditempuh.

"Jawabannya tentu mudah kalau kita hanya akan mengatakan perlu kesadaran kolektif. Yang sulit adalah bagaimana langkah-langkah.yang harus ditempuh untuk membangun kesadaran kolektif itu tanpa harus melakukan operasi caesar," pungkas Mahfud MD.

Baca juga : Data CEISA Masih Ngadat, Pengusaha Terancam Tekor

Terakhir, Mahfud mengatakan, melalui seminar yang diselenggarakan oleh CSIS, diharapkan dapat memberi masukan yang bisa lebih operasional. Bagi Mahfud, CSIS adalah lembaga yang sejak awal Orde Baru, selalau memberikan masukan yang efektif, produktif, mudah dicerna dan mudah diakomodasi.

"Kami menunggu hasil yang seperti itu dari Webinar di CSIS yang prestisius ini," pungkas Mahfuf.

Webinar 50 tahun CSIS Indonesia dihadiri oleh sejumlah pembicara antara lain Prof. Abdul Mu'ti dari Muhammadiyah, Harry Tjan Silalahi dari CSIS Indonesia, Yenny Wahid dari Wahid Foundation, dan Yudi Latif dari Aliansi Kebangsaan. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.