Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Semangat Dan Perjuangan Melawan Covid
Sembuh Berarti Diberi Kesempatan Berbuat Baik Untuk Orang Lain
Minggu, 1 Agustus 2021 07:30 WIB

Sebelumnya
Sehari sebelumnya, dia juga sudah membawa suaminya berkeliling ke empat rumah sakit di kawasan Tangerang, demi antre oksigen untuk 1-2 jam saja. Tapi semua tempat itu menolak menerima pasien untuk dirawat. Kondisi UGD, ICU dan kamar perawatan sudah overload.
Meski panik, tengah malam itu, dia tetap tegar dan semangat. Suami yang berbaring di kursi belakang mobil dibiarkan istirahat, sementara dia terus berusaha menghubungi banyak rumah sakit. “Saya tidak berani lagi melihat oxymeter. Saya khawatir dan gelisah kalau melihat saturasi suami saya. Terakhir saya lihat sudah di bawah 90,” curhatnya.
Empat jam berada di parkiran UGD, dia berdoa sembari terus menelepon minta bantuan. Mengontak banyak rumah sakit, mencari kemungkinan tempat perawatan. Selepas subuh, doanya terjawab. Dia mendapat kabar, ada tempat di rumah sakit kawasan S Parman. Dari Jakarta Utara, mobil dikebut menuju Jakarta Pusat.
Berita Terkait : Nusantara Perang Lawan Covid, Negeri Kiwi Bantu Lagi Rp 15 M
Sempat menunggu sekitar dua jam di parkiran rumah sakit, akhirnya, bisa masuk di UGD dan mendapatkan oksigen.
Saat itu, saturasi sudah menyentuh angka 80. Napas suaminya pendek-pendek. Ngos-ngosan. Bersyukur dia akhirnya dapat kamar perawatan di situ.
“Jangan kena Covid seperti saya. Berat sekali rasanya. Entah apakah saya kuat. Bergerak sedikit, saturasi drop ke 70. Saya pasrah,” ucapnya, lemah.
Berita Terkait : Puan: 5 Hari Ke Depan Adalah Ujian Penting
“Batuknya menyakitkan, kadang keluar noda darah,” tambahnya.
Itu kutipan obrolan, saat saya video call di hari keempat perawatan, dengan pegawai itu.
Air mukanya sangat lesu. Wajahnya tampak tirus. Matanya menerawang. Suaranya serak, pelan dan terpatah-patah. Semangat seolah habis.
Berita Terkait : Prabowo Libatkan Tiga Matra
Penderita Covid dengan gejala berat, bernapas pun sulit. Dada terasa berat, seperti sedang tenggelam.
Dia cerita, sepekan sebelumnya, tiga sahabat karibnya semasa kuliah di ITB, meninggal dunia. “Covid ini sungguh jahat,” ucap dia, sesegukan.
Mendengarnya sungguh sedih. “Jangan putus semangat. Ayo lawan, taklukkan virus ini. Kamu bisa,” ucapku menyemangati. Dia hanya menjawab, “Terima kasih.”
Selanjutnya
Tags :
Berita Lainnya