Dark/Light Mode

Diplomat Senior Berbagi Pengalaman Ke Mahasiswa Unihaz Bengkulu

Senin, 20 September 2021 21:21 WIB
Webinar sekaligus bedah buku Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara, di Unihaz, Bengkulu, Sabtu (18/9). (Foto: Ist)
Webinar sekaligus bedah buku Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara, di Unihaz, Bengkulu, Sabtu (18/9). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah diplomat senior membagikan pengalamannya kepada mahasiswa Universitas Prof. Dr. Hazairin SH (Unihaz) Bengkulu. Para diplomat senior ini memaparkan ilmu dan ceritanya kepada mahasiswa Ilmu Sosial dan Politik Unihaz dalam sebuah Webinar sekaligus bedah buku Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara, Sabtu (18/9).

Hadir dalam webinar ini diplomat senior Bagas Hapsoro (Dubes RI untuk Swedia merangkap Latvia 2016-2020), Hari Asharyadi (Deputy Chief of Mission di Paris 2012-2016), dan Sutadi (Minister Counsellor KBRI Addis Ababa 2017-2018).

Dalam sambutannya, Rektor Unihaz Ir. Yulfiperius menyatakan kegiatan berbagi pengalaman ini sangat relevan dengan program studi Fisipol karena jurusan hubungan internasional juga mendalami masalah tersebut dari aspek teori.

"Pengalaman di mancanegara perlu di bagikan kepada para mahasiswa. Sangat membanggakan bahwa para pimpinan dan pejabat daerah Bengkulu sebagian besar adalah lulusan Universitas Prof. Dr. Hazairin SH sebagai perguruan tinggi pertama dan tertua di propinsi Bengkulu ini," ujar Ir Yulfiperius sembari berharap, pengalaman para diplomat senior ini dapat menambah bobot materi yang diajarkan di Unihaz.

Dekan Fisipol Unihaz, Dr. Harmiati sebagai Ketua Pelaksana Webinar menyatakan, pengalaman dan pengetahuan di bidang diplomasi sangat bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai universitas yang mempunyai jurusan hubungan internasional, administrasi publik dan jurusan lainnya.

Baca juga : Anneth Delliecia Berbagi Pengalaman Gunakan Galaxy A32

Tujuan dari webinar ini untuk menambah ilmu pengetahuan berkaitan dengan isu politik, ekonomi hingga sosial budaya, konsuler dan perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia.

"Diharapkan wawasan para mahasiswa dan peserta lainnya akan dapat mengetahui fungsi diplomatik yang disampaikan para narasumber," harapnya.

Mengawali paparannya, Bagas Hapsoro memberikan apresiasi kepada Unihaz. Apalagi webinar ini diikuti oleh ratusan mahasiswa, para diplomat dan pebisnis yang memiliki wawasan kebangsaan dan wawasan internasional.

"Saya yakin teman-teman di Unihaz di masa sekarang dan mendatang akan menghadapi dan memanfaatkan kesempatan yang hadir saat tercapainya negara Indonesia yang maju, sejahtera dan berkepribadian Pancasila," ujar Bagas.

Selanjutnya, ia menyampaikan ilmu tentang rujukan utama dalam melaksanaan hubungan dan kerjasama luar negeri. Alinea pertama pembukaan UUD Dasar 45 menjadi rujukan penting dalam hubungan luar negeri. Yaitu Indonesia menghargai arti kemerdekaan karena Indonesia adalah bangsa yang anti penjajahan. Di situ tertulis bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Baca juga : Kemenkumham Raih 2 Penghargaan Keuangan Dari Kemenkeu

Bagas juga menguraikan 6 fungsi dan tugas pokok diplomat. Keenam hal tersebut yakni mewakili (representing), melindungi (protecting), merundingkan (negotiating), memajukan atau mempromosikan (promoting), melaporkan (reporting), dan mengelola (managing).

Sementara Hari Asharyadi membagikan pengalaman penugasan di lima Perwakilan: Thailand, Belanda, Yaman, Uni Emirat Arab (UAE), dan Perancis.

"Posisi tawar Indonesia terhadap Thailand sangat tinggi dan hubungan dua negara sangat dekat, dan salah satu faktor pendukung adalah karena keduanya merupakan pendiri ASEAN," kata Asharyadi.

Sementara itu, lanjutnya, hubungan Indonesia-Belanda, meskipun mengalami pasang surut.  Bahkan residu-residu masalah masih ada. Misalnya masalah Republik Maluku Selatan yang memiliki ikatan sejarah yang kuat. Demikian juga dengan Yaman.

Kembali ke masalah daya tawar tentu saja posisi Indonesia sangat tinggi mengingat Yaman merupakan negara termiskin di kawasan Timur Tengah. Dalam kaitan dengan UAE, terangnya, posisi tawar Indonesia tidak begitu kuat mengingat UAE merupakan negara maju dan modern sehingga daya tawar diplomasi Indonesia terarah lebih pada isu-isu nonpolitik, terutama ekonomi perdagangan dan pariwisata. Adapun dengan Prancis, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim moderat punya leverage yang cukup kuat.

Baca juga : PDPI Siap Jadikan Indonesia Sebagai Rujukan Pelayanan Kesehatan Paru

Sementara Sutadi menjelaskan konsistensi polugri Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan pengalamannya sebagai bertugas di KBRI Sarajevo. Hubungan Indonesia dengan Bosnia dan Herzegovina merupakan kelanjutan dari hubungan Indonesia dengan Republik Sosialis Federal Yugoslavia.

Diceritakannya, pembentukan KBRI Sarajevo merupakan wujud konsistensi Polugri Indonesia yang bebas aktif. Juga disebutkan bahwa pembukaan KBRI Sarajevo menunjukkan ikatan batin yang kuat antara Indonesia dan Yugoslavia, yang terus berlanjut dengan Bosnia dan Herzegovina, yaitu sejak Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden B.J. Habibie, Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden SBY.

Hubungan yang baik ini terus berlanjut sampai pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sudah menunjuk dua orang duta besar untuk Bosnia dan Herzegovina.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.