Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Prof Evi Fitriani, Guru Besar Ilmu HI Pertama Di Indonesia

Minggu, 14 November 2021 09:20 WIB
Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI Prof Evi Fitriani (Foto: Istimewa)
Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI Prof Evi Fitriani (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof Evi Fitriani sebagai Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional, sekaligus menjadi Guru Besar perempuan pertama dalam Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia, Jumat (12/11). Pengukuhan dilakukan melalui sidang terbuka berbarengan dengan pengukuhan empat Guru Besar Lain dari beberapa Fakultas. Sidang Terbuka dihadiri Rektor Universitas Indonesia Prof Ari Kuncoro dan para guru besar UI melalui daring dan luring.

Dalam pengukuhan itu, Prof Evi menyampaikan pidato berjudul “Membangun Perspektif Indonesia dalam Perspektif Ilmu Hubungan Internasional”. “Dalam upacara Pengukuhan Guru Besar ini, saya memfokuskan perhatian terhadap masalah yang dihadapi Indonesia sebagai salah satu negara dalam sistem internasional, dan masalah dalam ilmu hubungan internasional yang berkembang di Indonesia,” ucap Prof Evi, seperti keterangan yang diterima redaksi, Minggu (14/11).

Baca juga : Bamsoet: Sean Gelael Pahlawan Motorsport Indonesia

Ia memaparkan, perjuangan Indonesia untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan, terutama untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sangat mulia dan ideal namun tidaklah mudah. Tekanan struktural dalam sistem internasional dan berbagai masalah domestik menghambat Indonesia.

Namun, pembahasan tentang keterbatasan Indonesia, jelasnya, juga menguak kelebihan dan kekuatan Indonesia sebagai negara berkembang yang harus bermanuver dalam hubungan internasional di tengah power politik yang umum terjadi dalam sistem internasional. Kekuatan dan kelebihan Indonesia dan negara berkembang lainnya itu, terang dia, selama ini jarang dapat diidentifikasi dan dipahami dalam ilmu hubungan internasional karena dominasi Western-centric dan fokus pada negara besar dalam ilmu ini.

Baca juga : Kapolri: Event Nasional dan Internasional Berdampak Ke Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Karena itu, diperlukan perspektif Indonesia yang lebih mampu menangkap, menerjemahkan dan memahami karakteristik-karakteristik khusus dari negara yang bukan negara Barat dan bukan negara besar. "Mungkin perlu dibangun Depok School of International Relations yang sejajar dengan English School, Frankfurt School, maupun Copenhagen School,” usul Evi.

Dia berharap, gagasan ini menginspirasi generasi muda pemikir-pemikir ilmu hubungan internasional di Universitas Indonesia dan di universitas- universitas lain Indonesia maupun di negara-negara sejenis. Evi juga berharap Ilmu Hubungan Internasional yang berkembang mampu mendukung Indonesia dalam mencapai tujuan kemerdekaannya, terutama untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Baca juga : Serentak! Partai Gelora Gelar Doa Bersama Untuk Pahlawan Indonesia

Evi memperoleh gelar Sarjana dari Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Setelah itu, Evi melanjutkan pendidikan Magister di Leeds University London dan Ohio University serta memperoleh gelar Doktor dari Australian National University. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.