Dark/Light Mode

Dari Pilpres Ke Pilkades

Rabu, 12 Juni 2019 08:19 WIB
Ngopi - Dari Pilpres Ke Pilkades
Catatan :
DEDE HERMAWAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Obrolan politik pasca-Pilpres 2019 seakan tidak pernah habis. Bahkan di kampung saya di Desa Kertaraharja, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat tidak berhenti diskusi soal politik.

Hal itu dialami saat saya mudik Lebaran kemarin. Bagi masyarakat di kampung saya obrolan politik bukan hal yang tabu. Apalagi setelah hajatan Pileg dan Pilpres. Saya berpikir positif saja, daripada ngegosip soal rumah tangga atau gosip yang lain.

Tapi kali ini, yang mereka obrolkan isu politik pemilihan kepala desa (Pilkades). Meski Pilkades di desa saya akan dilaksanakan 2020, antusias warga cukup tinggi. “Sedianya Pilkades akan digelar sebelum Pemilu 2019, tapi karena berbagai hal akhirnya diundur menjadi 2020 secara serentak,” ujar Sekdes Kertaraharja, Yusuf Khomaeni saat berbincang dengan saya.

Baca juga : Vatikan Apresiasi Ketum Nasdem

Obrolan pilkades ini lebih seru dan panas dibanding Pileg dan Pilpres. Hampir di warung kopi, sawah dan kebun semua ngobrol soal Pilkades. Maklum, siapapun yang terpilih di pilkades akan menentukan maju dan mundurnya desa. Tidak heran mereka sangat berharap banyak kades terpilih bisa bekerja lebih baik.

Apalagi, di zaman sekarang, salah memimpin kritikan dari kubu yang kalah bisa keras. Meski tinggal setahun lagi, calon- calon sudah bermunculan. Padahal mereka belum pernah mendeklarasikan diri. Tapi, warga sudah menggadang-gadangnya. Menjadi calon kepala desa benar- benar harus kuat dana, jaringan keluarga dan dekat dengan rakyat.

Pasalnya, setahun sebelum Pilkades, si calon harus rajin menjamu warga yang bertamu setiap malam. “Ya, minimal kopi, teh manis dan cemilan sih harus ada,” kata Dudi Hamidi salah satu warga. Menurut Dudi, pertarungan Pilkades di desanya kali ini bakal seru. Bahkan, mereka menyebutnya ‘Duel Naga’.

Baca juga : Kubu Prabowo Aneh Tapi Nyata

Pasalnya, petahana akan kembali maju dan ditantang mantan kades periode sebelumnya. Tim sukses pun tidak tinggal diam. Mereka sudah melakukan pemetaan wilayah-wilayah basis dukungan. Para tokoh dan tetua menjadi sasaran timses didekati.

“Semua punya pengalaman, basis dukungan dan pendanaan. Ketika semua seimbang, maka yang menentukan adalah sumber daya manusia yang menjadi peragkat desa,” ujar Dudi. Wajar para pesohor desa ingin menjadi kades. Pasalnya, ada dana desa yang disalurkan pemerintah pusat jumlahnya cukup fantastis.

Dengan dana desa, desa bisa mandiri untuk mengembangkan usaha dan pengembangan desa. Tapi, tidak sedikit terjebak pada korupsi karena salah kelola. Semoga siapapun yang terpilih bisa membawa warganya sejahtera dan makmur. Aamiin. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :