Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Porter Kereta

Selasa, 9 Juli 2019 01:53 WIB
Ngopi - Porter Kereta
Catatan :
MUHAMMAD RUSMADI

RM.id  Rakyat Merdeka - Salah satu profesi yang mungkin patut jadi perhatian adalah porter kereta. Lihat saja. Begitu pintu kereta terbuka, mereka langsung berlompatan. Masuk gerbong. Sembari menawarkan jasa membantu mengangkat barang-barang para penumpang. Tentu tak masalah bagi mereka yang masih muda. Karena umumnya masih punya otot kawat, tulang besi.

Namun tak sedikit di antara mereka yang sudah terlihat tua. Tapi masih begitu bersemangat bekerja yang meng­an­dalkan tenaga fisik. Tak pe­duli mungkin saat sedang berpuasa. Entah karena sudah tertempa pengalaman. Atau karena terdesak keadaan.

Wajah-wajah lelah seolah tak tampak saat mereka memanggul beban barang bawaan penumpang. Entah yang dipanggul atau ditenteng di bahu. Atau ditenteng di kedua tangan, hingga si porter harus berjalan terseok saking beratnya beban. Porter kereta memang beda dibanding porter bandara udara. Yang umumnya menggunakan troli. Sehingga tak terlalu mengandalkan terlalu banyak tenaga. Tinggal dorong.

Baca juga : Lorenzo Berguru Ke Jepang

Bagi anda yang biasa menggunakan jasa kereta, para porter ini biasa terlihat di Stasiun Gambir, Pasar Senen dan Jatinegara. Mereka memang menargetkan penumpang yang tiba, atau mau naik kereta jarak jauh. Upah porter memang tak tentu. Suka-suka yang ngasih. Meski demikian, minimal sekali angkat si porter dapat bayaran Rp 20.000-an.

Pendapatan akan melonjak bila musim penumpang ramai. Misalnya saat arus mudik-balik. Atau musim Liburan seperti sekarang. Ada yang mengaku bisa mengantongi Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribuan. Sedangkan pada hari biasa, hanya memperoleh Rp 50 ribu hingga Rp 150.000-an per hari. Namun musim ramai, namanya juga musim. Ya, hanya musim-musiman. Selebihnya, biasa-biasa saja.

Apalagi, cerita Parjo (bukan nama sebenarnya), dalam sehari, para porter dibagi jadi dua shift. Pagi dan malam. Mulai jam 07.00 hingga jam 19.00. Lalu shift kedua, mulai jam 19.00 hingga jam 07.00. Saat “berdinas”, mereka wajib menggunakan seragam. “Begitu waktu kerja habis, ya sudah. Wajib pulang. Dengan uang sedapatnya saja.

Baca juga : Barca Pamer Jersey Baru

“Kadang sehari hanya dapat Rp 50.000-an,” akunya. Angka itu tentu terbilang sedikit. Karena umumnya porter juga sudah berkeluarga. Artinya, duit mereka juga musti dibagi untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Termasuk uang sekolah anak. Belum lagi kebutuhan lainnya. Dari sekian banyak pekerjaan informal, porter adalah salah satunya.

Meski mendapat penyeragaman dari pihak stasiun, status para porter ini sebenarnya bukan pegawai PT KAI. Jadi, tak ada upah yang mereka terima dari pengelola perusahaan atau pengelola stasiun. Para porter cuma dapat upah dari para penumpang pengguna jasa mereka.

Umumnya, para penumpang membayar jasa mereka antara Rp 15.000 hingga Rp 25.000-an. Tergantung jarak dan berat barang bawaan. Namun ketika si penumpang melihat si porter yang sudah agak berumur yang menghampiri, boleh jadi ada rasa iba untuk menolak. Meski mungkin barang yang dibawa si penumpang tak terlalu berat. Sehingga sebenarnya masih bisa dibawa sendiri. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :