Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Hijrah. Mungkin kata ini yang paling pantas menggambarkan sosok kawan saya yang berprofesi sebagai seniman tato. Sebagai seniman tato tentu membuatnya harus rela menjarah sekujur tubuhnya dengan berbagai gambar. Mulai gambar yang terlihat lucu hingga menyeramkan.
Tiga tahun kami sama-sama mengenyam pendidikan di salah satu pondok pesantren di Cibinong, Bogor. Saat di pondok, kelakukannya memang tidak seperti santri lainnya. Bolos sekolah, bolos ngaji, ngerokok ngumpet-ngumpet hingga kabur dari pondok menjadi hal biasa baginya. Berbagai sanksi pun menjadi sahabatnya.
Seingat saya hukuman paling parah yang diterimanya yaitu di botaki serta disiram air dengan kondisi telanjang dada di lapangan depan kamar santri. Ya, ini hanya sedikit sanksi yang diterimanya. Belum lagi sanksi ketika dipanggil ke kamar pengurus yang notabene abang kelas, alias senior.
Baca juga : Terbang ke Bangkok, Jokowi Siap Hadiri KTT ASEAN ke-35
Mungkin sama seperti pondok lainnya. Ketika santri junior melakukan pelanggaran lalu dipanggil ke kamar pengurus, maka bogem mentah yang akan diterimanya.
Untuk kawan saya satu ini, itu semua bukan persoalan. Namun, semua sanksi yang diterimanya tidak membawa angin positif. Kelakuannya malah menjadi-jadi ketika bergaul dengan senior yang perilakunya tidak jauh berbeda.
Namanya juga santri enggak semuanya terlihat arif. Setidaknya ada satu atau dua yang mempunyai perilaku di luar kebiasaan. Perilaku kawan saya ini mengerek stigma buruk ke angkatan. Pada akhirnya kami tidak diberikan jatah OSIS. Padahal umumnya jatah OSIS itu diamanahkan untuk kelas IX SMP. Ya sudah kami ikhlaskan jabatan tersebut untuk kelas VIII SMP.
Baca juga : Safeguard Diberlakukan, Industri Tekstil Bakal Tak Kusut Lagi
Akan tetapi, dia yang dulu bukan dia yang sekarang. Setelah sembilan tahun kami tidak bersua. Tiba-tiba dia hadir di grup WA alumni. Member grup ini bukan hanya diisi angkatan saya melainkan semua alumni dari awal pondok berdiri, di tahun 2000.
Untuk pertama kalinya kawan saya ini memposting ilustrasi dengan caption, yang intinya menganjurkan semua member grup untuk membawanya ke jalan yang benar.
Tak disangka, mayoritas member grup mengiyakan anjurannya. Bahkan setelah itu bermunculan foto-fotonya di grup WA bersama dengan senior yang sudah saya anggap sebagai ustad.
Baca juga : Jepang Dihantam Hujan Badai Lagi
Tidak sampai di situ. Saya kaget ketika melihat salah satu ustad memposting video kawan saya itu yang sedang umroh. Di video tersebut dirinya mengajak teman seprofesinya untuk hijrah. Ini semua membuat saya sebagai teman satu angkatannya penasaran dengan sosoknya yang sekarang.
Kami pun berjumpa di acara maulid dan haul guru kami pada Sabtu lalu. Tidak banyak cerita yang dibagikannya. Ya, dia sekarang lebih pendiam. Tapi dari tatapan matanya memancarkan keseriusan menjadi manusia yang lebih baik.
Inilah santri dengan sejuta kesolidannya. Enggak pandang bulu dulu dia siapa? Tapi sekarang dia mau apa? Terlebih, saya rasa memang kehadiran dia yang kami tunggu-tunggu. [KHOIRUL UMAM]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya