Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Puskeswan Vs Puskesmas

Senin, 2 Desember 2019 06:31 WIB
Ngopi - Puskeswan Vs Puskesmas
Catatan :
MELLANI EKA MAHAYANA

RM.id  Rakyat Merdeka - Punya hewan peliharaan sudah jadi gaya hidup. Saat ini, jarang menemukan rumah tangga tanpa hewan peliharaan. Minimal ada kucing atau anjing. Dan itu ditambah lagi, para rumah tangga ada peningkatan kesadaran bahwa memelihara hewan merupakan sebuah tanggung jawab besar. Sehingga, mereka akan memberi makanan yang baik.

Jika hewannya sakit akan berusaha mengobati. Meskipun yang dipelihara kucing lokal. Kondisi ini menyebabkan, dari pusat kota hingga pinggiran dengan mudah ditemukan klinik hewan, praktik dokter hewan. Begitu juga dengan toko makanan hewan.

Bagi pecinta hewan dengan kantong pas-pasan, hewan peliharaan sakit itu jadi ujian. Muncul dilema, bawa kedokter atau nggak? Kucing nggak mau makan jadi kepikiran. Tapi, kalau mau ke dokter hewan nambah lagi pengeluaran.

Baca juga : Makna Pelukan Surya Putra

Sempat kepikiran, andaikan saja ada BPJS buat hewan peliharaan. Meski pikiran itu tak terwujud, solusi hewan sehat biaya ringan itu bisa ditanggulangi dengan keberadaan puskeswan. Di bawah Dinas Pertanian dan Peternakan.

Puskeswan mirip Puskesmas. Tapi yang satu untuk hewan yang lainnya untuk manusia. Keberadaan Puskeswan saya ketahui ketika ibu saya cerita membawa kucingnya ke puskeswan yang ada di Kota Bukittinggi.

Kira-kira pertengahan 2016. Saat itu, kata ibu, dia disambut ramah. Hewan ditangani cepat. Menurut ibu saya, saat itu yang menangani bukan sekelas dokter hewan. Mungkin bisa dibilang mantri, tapi mantri hewan. Kerjanya cekatan. Jam kerjanya dari pagi, tutup pukul 4 petang. Gratis pula. Steril juga gratis.

Baca juga : Penusukan Wiranto Bentuk Kebiadaban

Kalau di dokter hewan swasta, biaya steril jantan bisa Rp 300-500 ribu. Untuk betina, Rp 500-900 ribu. Belum lagi rawat inap ada biaya tambahan Rp 50-80 ribu per hari. Kemudian dapat kabar, Puskeswan di Bukittinggi itu termasuk yang berprestasi di Indonesia.

Saya pun mencoba mencari tahu, apa Tangsel punya juga. Saat itu, media di Kota Tangsel memberitakan, jika Tangsel akan punya puskeswan pada 2016. Puskewan ini diresmikan Wali Kota Tangsel, 3 Desember 2016. Cuma, gaungnya tidak terdengar. Baru 2019 ini, kegiatan Pukeswan banyak beredar di medsosnya warga Tangsel. Saya coba juga datang. Tapi, kurang beruntung.

Saat itu, jumlah hewan di batasi karena kurangnya tenaga dokter. Saya dianjurkan datang pukul 6 pagi. Wah tak seindah yang saya bayangkan seperti di Bukittinggi. Kemudian, saya bertemu dengan petugas, baju putih-putih. Mungkin perawat atau petugas administrasi.

Baca juga : Mengawasi Pengawas

Tak inisiatif bertanya karena masih kesal lihat pengumuman bahwa jumlah hewannya dibatasi. Di pikiran saat itu hanya terbayang mantri hewan yang di Bukittinggi yang cekatan membatu. Saya nggak berharap harus sekel as dokter hewan yang menangani nya. Mungkin cek suhu badan, lalu timbang. Kan perawat bisa lakukan hal sederhana itu.

Mirip ketika manusia berobat. Berat badannya dicek. Suhu badannya juga. Tapi apa boleh buat si petugas itu bilang, dia nggak tahu apa-apa. Sebagai pecinta hewan berpenghasilan terbatas, sebenarnya keberadaan Puskeswan sangat membantu.

Memang, di mana-mana banyak klinik hewan bahkan dokter hewan, tapi biayanya bisa lebih mahal dari manusia. Saya baru sekali itu ke Puskeswan Tangsel. Mungkin nanti ke sana lagi.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.