Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Menulis untuk ngopi di Rakyat Merdeka rasanya semakin sulit. Setelah 6 bulan Work From Home (WFH), pengalaman semakin sedikit. Bahkan mendekati nihil.
Kegiatan saya sehari-hari, menulis berita, menjaga anak, menyiram pohon memberi makan ikan. Terus berulang selama 6 bulan ini.
Jadi itu harus disyukuri. Karena saat ini kekhawatiran untuk meliput ke lapangan semakin menjadi-jadi. Jangankan gitu, keluar rumah untuk membeli sembako saja sangat deg-degan.
Baca juga : Segera Bergerak Selagi Hayat Dikandung Badan
Setiap badan terasa lelah langsung cek suhu. Alhamdulillah adem. Masih kurang yakin, buka kulkas cari botol yang bau menyengat. Alhamdulillah penciuman masih berfungsi.
Terlebih lagi, setiap hari di toa masjid selalu mengabarkan duka. Buat saya ini sudah terlalu sering. Covid-19 semakin terasa dekat dengan saya ketika, kabar duka datang dari orang-orang dekat saya. 26 Agustus lalu, saudara sepupu saya meninggal. Putri adiknya almarhum bapak. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Almarhumah meninggal karena komplikasi penyakit. Jantung dan Kanker. Usianya muda, 40 tahunan. Punya anak 3. Dua laki-laki dan satu perempuan. Walaupun bukan karena Covid-19 tetapi kekhawatiran saya tetap ada.
Baca juga : Sibuk Rawat Isabella
Rabu lalu, kabar duka juga datang dari Sekda DKI Jakarta Saefullah. Saya cukup dekat dengan beliau karena aktivitas saya liputan di Balaikota DKI Jakarta. Ini membuat Covid-19 pun terasa semakin dekat.
Setiap kabar kematian, membuat trauma bagi saya. Karena itu, tingkat kewaspadaan saya terhadap Covid-19 semakin tinggi. Rasa trauma itu membuat saya makin tidak berani keluar rumah.
Dari beberapa tulisan saya di ngopi pagi ini, terus terang kali bernada pesimistis. Sebelumnya saya selalu merasa optimis. Berpikir positif. Maaf, ini karena saat saya keluar rumah masih banyak yang tidak peduli dengan wabah ini. Sepenglihatan saya, banyak yang tidak menggunakan masker saat keluar rumah.
Baca juga : Gagal Nonton KonserBareng Mas Kristanto
Saya sangat berharap pandemi ini cepat berlalu. Semoga cepat vaksin ditemukan sehingga setiap tubuh punya kekuatan melawan virus ini. Sehingga saya pun bisa mengajak anak kedua saya yang berumur 9 bulan keluar rumah. Melihat dunia lebih luas. Karena seumur hidupnya hanya berkutat di dalam rumah yang kecil di tengah kampung di Jakarta.
Saya juga ingin bisa lagi mengajak anak pertama saya bermain ke taman sore menjelang magrib. Bermain ayunan dan perosotan yang membuatnya sangat senang.
Semoga semua sepikiran dengan saya. Mau betah tinggal di rumah mengikuti imbauan pemerintah dan taat pada protokol kesehatan. Aamiin
Marula Sardi, Wartawan Rakyat Merdeka
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.