Dark/Light Mode

Basarah Harap Spirit Konferensi Asia Afrika Warnai Presidensi G20 Indonesia

Selasa, 15 Februari 2022 20:10 WIB
Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah. (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah optimistis Indonesia bisa memanfaatkan momentum Presidensi G20 (Group of Twenty) untuk melawan kolonialisme era modern yang kini mencengkeram dunia internasional dalam bentuk penguasaan ekonomi dan material.

Sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20, Indonesia harus mampu menunjukkan kembali international leadership yang pernah muncul selama Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung 1955.  

"Konferensi internasional itu menjadi pemersatu negara-negara yang menjadi sasaran penjajahan di Asia dan Afrika, menggalang kerja sama dan sepakat menentang kolonialisme di tengah dunia yang terbagi dua kubu, Timur dan Barat," kata Ahmad Basarah dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (15/2).

Sejak 1 Desember 2021, Indonesia secara resmi memegang Presidensi Group of Twenty (G20) selama setahun penuh hingga KTT G20 di November 2022. Serah terima presidensi dari Italia sebagai Presidensi G20 2021 kepada Indonesia dilakukan secara langsung pada 31 Oktober 2021 di Roma, Italia. Presidensi G20 mengusung tema Recover Together, Recover Stronger.

Baca juga : Presidensi G20 Indonesia Dipuji Menlu AS

Dijadwalkan ada 150 event dalam rangkaian pertemuan G20 Presidensi 2022, terdiri atas Working Groups Meeting, Engagement Groups, Deputies/Sherpa, Ministerial, KTT G20, dan Side Events.

Menurut Basarah, 67 tahun lalu Indonesia pernah menjadi center of gravity ketika lima kepala negara dan 24 perwakilan negara di Asia dan Afrika berkumpul di Bandung, Jawa Barat, dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955. Dalam salah satu poin pidatonya berjudul "Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru", Bung Karno mengingatkan tentang ancaman kolonalisme berbaju modern di masa mendatang.  

"Ia merupakan musuh yang licin dan tabah, dan menyaru dengan berbagai cara. Tidak gampang ia mau melepaskan mangsanya. Di mana, bilamana dan bagaimana pun ia muncul kolonialisme adalah hal yang jahat yang harus dilenyapkan dari muka bumi," ujar Bung Karno, seperti dikutip Basarah.

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Luar Negeri itu menjelaskan, tema G20 Recover Together, Recover Stronger yang diangkat kali ini juga mencerminkan semangat gotong royong yang menjadi inti dari Pancasila.

Baca juga : Barisan Petani Dan Nelayan Situbondo Dukung Gus Muhaimin Presiden 2024

Dengan demikian, secara tidak langsung G20 juga menjadikan Pancasila sebagai guidance dari semua anggotanya dalam membangun kekuatan bersama.

"Saya memberi apresiasi bahwa semangat yang pernah dilakukan Presiden Soekarno dalam memperkenalkan Pancasila kepada dunia internasional kini berlangsung juga dalam event G20," jelas Basarah.

Untuk itu, Ketua Fraksi PDI Perjuangan ini  berharap Indonesia memanfaatkan secara maksimal posisinya sebagai Ketua G20 untuk menjadi saluran aspirasi dan kepentingan negara-negara berkembang seperti yang pernah diperjuangkan Bung Karno dalam KAA di Bandung.

Indonesia harus memastikan tidak ada negara berkembang tertinggal dalam mengatasi kesenjangan ekonomi global dan memulihkan ekonomi paska Covid-19.

Baca juga : Sah! Ajang MotoGP di Mandalika Disebut Pertamina Grand Prix of Indonesia

"Kebijakan Presiden Joko Widodo yang akan mendonasikan vaksin merah putih ke Afrika adalah terobosan hebat yang harus didukung karena jangkauan distribusi vaksin di Afrika masih terbilang rendah. Mumpung memegang jabatan strategis dalam presidensi G20, Indonesia harus berada di garda terdepan membuka akses vaksin Covid-19 seluas-luasnya bagi negara-negara rentan," jelas Basarah.

Doktor hukum tata negara Universitas Diponegoro itu mengatakan, pondasi yang diletakkan Bung Karno di panggung internasional itu kini bisa dilanjutkan Presiden Jokowi dalam menjalankan peran stragegis di dunia internasional.

Dia berharap, Indonesia dalam memegang presidensi G20 ini mampu meredam ketegangan dunia untuk menghindari suasana perang dingin jilid 2 akibat ketegangan AS dan Rusia.

"Belajar dari sejarah, Indonesia punya pengalaman dan kharisma dalam menjadi pelopor dan memimpin perjuangan bangsa-bangsa Asia dan Afrika melepaskan diri dari belenggu kolonialisme. Sekarang peran itu kita harapkan muncul kembali di antara 20 negara anggota G20," tandas Dosen Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia Jakarta itu. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.