Dark/Light Mode

BI: Exit Strategy Jadi Agenda Prioritas Dalam Presidensi G20 Indonesia 2022

Rabu, 26 Januari 2022 21:56 WIB
Bank Indonesia. (Foto: Is)
Bank Indonesia. (Foto: Is)

RM.id  Rakyat Merdeka - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menegaskan, exit strategy (normalisasi kebijakan paska Quantitative Easing) harus dilakukan secara well calibrated, well communicated dan well planned untuk menjaga stabilitas sehingga pemulihan ekonomi dapat tetap terjaga.

"Hal ini menjadikan exit strategy sebagai salah satu agenda prioritas Presidensi G20 dalam mewujudkan pemulihan bersama", ucap Dody dalam Seminar Internasional G20 bertajuk Safeguarding Growth Momentum yang digelar secara hybrid, Rabu (26/1).

Baca juga : Nusantara Bermakna Spiritual Dan Historis Dalam Perkuat Persatuan Indonesia

Ia menyampaikan, ekonomi Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif didukung oleh sinergi bauran kebijakan yang ditempuh di tengah ketidakpastian yang tinggi.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 diperkirakan pada kisaran 3,2-4 persen pada 2021, dan meningkat pada kisaran 4,7-5,5 persen pada 2022 ditopang oleh konsumsi swasta, investasi  dan ekspor di tengah risiko terkait pandemi Covid-19 yang tetap perlu diwaspadai.

Baca juga : Bertemu Jokowi, PM Lee Dukung Presidensi G20 Indonesia

"BI akan fokus pada kebijakan moneter 2022, dalam menjaga stabilitas dengan memitigasi dampak dari normalisasi di negara maju. Sementara itu, kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang serta ekonomi keuangan influsif dan hijau akan diarahakan untuk mendukung pemilihan ekonomi," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Deputy Director General Ministry of Economy and Finance South Korea Byungsik Jung menekankan pentingnya pengelolaan utang dan aliran modal  dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi global.

Baca juga : Wisatawan Lokal Jadi Andalan Industri Pariwisata Dalam Negeri Terdongkrak

"Normalisasi di negara maju, akan meningkatkan tekanan  terkait dengan utang dan aliran modal. Sehingga diperlukan dukungan dan kerja sama global dalam mengatasi tantangan tersebut," kata Jung.

Senada Chief Economist Citibank Indonesia Helmi Arman menyampaikan, normalisasi akan berdampak pada aliran modal, meskipun  beberapa negara emerging market diperkirakan tetap mendapat persepsi yang positif dari investor. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.