Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Isi Mukernas KAMMI, Bamsoet Ingatkan Pentingnya Rawat Indonesia, Cegah Negara Gagal
Jumat, 25 Maret 2022 13:32 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Ketua MPR Bambang Soesatyo menegaskan, semua elemen bangsa patut bersyukur, segala ujian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak membuat bangsa Indonesia terpecah belah. Bangsa Indonesia beruntung memiliki empat komitmen kebangsaan yang dijadikan rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yaitu Pancasila sebagai dasar negara, landasan ideologi, falsafah, etika moral serta alat pemersatu bangsa; UUD NRI Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional; Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai konsensus yang mengikat kita dalam satu bahtera besar kebangsaan bernama Indonesia; serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menyatukan berbagai keberagaman yang dimiliki dalam satu ikatan kebangsaan.
"Keempat komitmen kebangsaan tersebut hanya akan benar-benar berkerja dan berfungsi, serta memberikan dampak yang optimal. Yaitu ketika nilai-nilainya bertransformasi menjadi tindakan nyata serta mewujud dalam bentuk manifestasi dan implementasi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam segala aspeknya. Jika tidak, maka kekhawatiran kita akan hadirnya negara gagal akan kembali mengemuka dan menjadi ancaman yang krusial," ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang, dalam sambutan pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), secara virtual dari Jakarta, Jumat (25/3).
Ketua DPR ke-20 ini mengingatkan, sejarah mencatat kegagalan Uni Soviet dan Yugoslavia sebagai representasi negara besar dan maju di Eropa Timur, salah satu penyebabnya adalah kegagalan merawat kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Beberapa indikasi yang mengemuka antara lain kerapuhan sistem politik, kemerosotan ekonomi, konflik antar-etnik, serta kegagalan mengidentifikasi dan merespon ancaman eskternal dan kekuatan global.
Baca juga : Senangnya... Indonesia Bakal Bebas Karantina
"Pada akhirnya, kompleksitas berbagai persoalan tersebut, dan kegagalan untuk membangun ikatan kebangsaan yang solid, telah menyebabkan kedua negara besar tersebut terpecah belah dan tercerai berai. Pengalaman sejarah tersebut tentu menjadi pelajaran berharga bagi setiap negara bangsa. Dalam konteks ke-Indonesiaan, urgensi merawat Indonesia terasa semakin penting. Karena Indonesia pun memiliki potensi kerentanan yang sama, atau bahkan lebih besar daripada Uni Soviet dan Yugoslavia," kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menerangkan, setidaknya ada tiga faktor yang menempatkan bangsa Indonesia dalam posisi rentan dan rapuh. Pertama, bangsa Indonesia adalah bangsa besar dengan tingkat heterogenitas yang sangat tinggi. Data Kementerian Dalam Negeri menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia hingga Semester II-2021 tercatat lebih dari 273 juta jiwa.
"Besarnya jumlah penduduk ini juga tergambar dari kemajemukan yang dimiliki. Antara lain terdiri dari 1.340 suku, yang menggunakan 733 bahasa, dan menganut 6 agama serta puluhan aliran kepercayaan. Di satu sisi, kemajemukan ini menghadirkan kekayaan budaya sangat beragam. Namun di sisi lain, kondisi ini juga menghadirkan potensi adanya ancaman untuk memecah belah dan mengadu domba di antara sesama anak bangsa," jelas Bamsoet.
Baca juga : Jauh Dari Ukraina, Mie Instan Favorit Indonesia Kehabisan Stok
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia ini memaparkan, faktor kedua adalah kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudera, dengan perairan yang menjadi pusat jalur perdagangan laut dunia. Menjadikan hampir mustahil bagi bangsa Indonesia untuk 'menutup diri' terhadap lalu lintas peradaban global.
"Kondisi ini membawa dua konsekuensi, bila kita mampu mengelola dengan baik, akan membuat kita semakin matang dalam membangun peradaban. Bahkan, kita berpeluang menjadi trend setter peradaban dunia. Sebaliknya, jika kita tidak bisa mengelola dengan baik, maka taruhannya adalah jatidiri dan identitas kebangsaan kita yang tergerus oleh arus peradaban global yang datang silih berganti," tegas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, faktor ketiga, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.504 pulau yang terbentang pada cakupan wilayah seluas hampir 5,2 juta kilometer persegi, menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan beragam potensi sumber daya. Posisi strategis dan kekayaan sumberdaya yang dimiliki akan menempatkan bangsa Indonesia sebagai center of gravity bagi kepentingan global.
Baca juga : Satgas Tegaskan Pentingnya RAT Dan Susun RKAB, Kawal Tahapan Pembayaran Homologasi
"Karena itu, dalam memaknai 'merawat Indonesia', penting bagi kita untuk menyatukan langkah l dengan merujuk pada tujuan dan cita-cita bersama. Citacita bersama inilah yang telah diamanatkan secara eksplisit dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu terwujudnya negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur," pungkas Bamsoet. [USU]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya