Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Salim Segaf: Jaga Integrasi Nasional, Elit Politik Harus Belajar Dari Muhammad Natsir

Selasa, 5 April 2022 12:29 WIB
Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini (kanan) dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri. (Foto: Ist)
Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini (kanan) dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Fraksi PKS DPR RI kembali menggelar acara Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan Edisi Spesial Peringatan Mosi Integral Muhammad Natsir 3 April 1950 dengan Tema "Spirit Transformasi dan Kolaborasi Dalam Menjaga Integrasi Nasional", pada Senin (4/4).

Tampil sebagai narasumber Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto, Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra, Ketua Umum DDII Adian Husaini, dan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid.

Sambutan disampaikan oleh Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini dan dibuka secara resmi oleh Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri.

Baca juga : Sabam Sirait Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Sylviana: Wajar, Rekam Jejaknya Jelas

Salim Segaf dalam keynote speech-nya menyebut, Muhammad Natsir sebagai tokoh pemersatu bangsa yang mengembalikan wilayah-wilayah Indonesia Serikat bentukan Belanda ke pangkuan NKRI.

Menurut Salim, elit politik hari ini harus belajar dari Muhammad Natsir bagaimana mencari titik temu kebangsaan di tengah tantangan dan ancaman disintegrasi nasional.

"Ada empat pelajaran penting dari sosok Muhammad Natsir. Pertama, Natsir punya jiwa dan pikiran besar untuk Indonesia, visioner, dan melampaui problematika bangsanya. Bangsa ini bangsa besar. Butuh konsepsi besar untuk menjaga keutuhannya," ujar Menteri Sosial RI 2009-2014 ini.

Baca juga : Soal Investigasi Impor Baja, Adian Minta Tak Sepihak, Mesti Duduk Bersama Cari Solusi

Kedua, kejelian Muhammad Natsir dalam menemukan dan membangun titik temu kebangsaan. Dia dinilai sebagai seorang tokoh politik yang cerdas, santun dan elegan, pandai berkomunikasi dan jago lobi dalam urusan-urusan kebangsaan sehingga mampu menyatukan NKRI dengan Mosi Integralnya.

"Natsir yang Tokoh Partai Islam Masyumi menegaskan tidak ada dikotomi bahkan tidak ada jarak antara agama dan nasionalisme. Baginya menjadi nasionalis berarti harus agamis. Sebaliknya, menjadi agamis berarti harus nasionalis. Tidak ada perdebatan," tegas Salim.

Kemudian ketiga, Muhammad Natsir mempraktekkan politik adiluhung atau high politic, bukan politik pragmatis apalagi oportunis.

Baca juga : Ibas: Jaring Internet Untuk Rakyat Harus Meluas, Murah Dan Berkualitas

"Siapa pun kita terutama pejabat publik dari partai dan golongan mana pun, tampilkan politik yang menjunjung tinggi etika dan moralitas yang berlandaskan Pancasila dan Konstitusi UUD 1945. Sifat-sifat ambisius dan oportunistik dalam berpolitik yang akan merusak demokrasi dan menghancurkan kohesi sosial dan integrasi nasional kita," imbaunya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.