Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bamsoet Ingatkan, Pancasila Jangan Sekadar Jadi Hafalan Tanpa Implementasi Nyata

Jumat, 3 Juni 2022 14:59 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Foto: Dok. MPR)
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengungkapkan, sejarah mencatat, sebelum penetapan Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni, polemik mengenai kapan Pancasila dilahirkan selalu mengundang dialektika pergumulan gagasan yang terus bergulir melintasi lini masa. Bahkan hingga era reformasi.

Perdebatan mengenai Hari Lahir Pancasila merujuk pada tiga peristiwa sejarah. Pertama, tanggal 1 Juni 1945, saat Bung Karno menyampaikan pidato mengenai dasar negara di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Kedua, tanggal 22 Juni 1945, kita Panitia Sembilan yang bertugas merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar negara, mengemukakan rumusan Piagam Jakarta dalam sebuah rapat informal BPUPKI di kediaman Soekarno. Ketiga, 18 Agustus 1945, saat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan konstitusi negara (UUD NRI Tahun 1945), dan rumusan sila-sila dalam Pancasila tercantum pada bagian Pembukaan.

Baca juga : Bamsoet: Pancasila Tak Boleh Jadi Gincu, Tapi Harus Seperti Garam

"Hiruk pikuk polemik ini pada akhirnya terhenti setelah Presiden Jokowi mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila yang ditetapkan setiap tanggal 1 Juni. Salah satu dasar penetapannya, bahwa pertama kali Pancasila diperkenalkan sebagai dasar negara adalah pada tanggal 1 Juni dan bahwa rumusan Pancasila yang disampaikan Soekarno sejak 1 Juni 1945, rumusan Piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan rumusan final 18 Agustus 1945 adalah satu kesatuan rangkaian proses kelahiran Pancasila sebagai dasar negara," ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang, dalam talkshow yang diselenggarakan DPP Pergerakan Wanita Nasional Indonesia (Perwanas), secara virtual, dari Jakarta, Jumat (3/6).

Acara ini turut dihadiri secara virtual oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Anggota DPD Jimly Asshiddiqie, Felia Salim, dan Eros Djarot. Ketua Umum DPP Perwanas Rosa Ocha Muhammad dan Sekjen DPP Perwanas Endang Rarasati hadir sebagai tuan rumah.

Ketua DPR ke-20 ini menekankan, berakhirnya polemik mengenai penetapan hari lahir Pancasila, setidaknya memberikan ruang bagi segenap elemen bangsa untuk berkontemplasi, bermawas diri, dan membangun sebuah kesadaran kolektif. Bahwa ada hal yang lebih fundamental untuk diperjuangkan, yaitu bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat dipahami, dihayati, dan diamalkan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Baca juga : Bamsoet Tegaskan Pancasila Harus Jadi Jalan Hidup Bangsa Indonesia

"Kelima sila dalam Pancasila saling berkaitan dan saling menjiwai satu sama lain. Memaknai Pancasila tidak mungkin dan tidak boleh dilakukan secara sepenggal-sepenggal, karena akan menimbulkan ketimpangan. Dari sejak awal kelahirannya, Pancasila dimaksudkan sebagai dasar negara, ideologi dan pandangan hidup bangsa yang mempersatukan kemajemukan, dan menjadi sumber jati diri bangsa, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa," jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum SOKSI ini menerangkan, untuk membumikan Pancasila, tidak memerlukan konsep yang muluk-muluk. Karena sesungguhnya nilai nilai Pancasila selalu hadir dan dapat ditemukan dalam keseharian. Bersikap ramah kepada sesama, memberikan bantuan kepada fakir miskin, mengedepankan musyawarah dalam memutuskan suatu persoalan merupakan contoh penerapan nilai-nilai Pancasila. Membumikan Pancasila adalah 'menemukan kembali' nilai kegotongroyongan dalam berbagai aspek kehidupan sebagai sebuah bangsa.

"Karenanya, dalam memaknai Pancasila, tidak boleh sekadar ramai dalam diskusi namun sepi dalam pelaksanaan. Karena sebagai sebuah ideologi, Pancasila hanya akan bermakna ketika kehadirannya dapat dirasakan dalam setiap denyut nadi kehidupan masyarakat. Ia harus diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata, agar tidak menjadi konsep yang hanya hidup di awang-awang, atau hanya menjadi hafalan rumusan sila-sila di luar kepala," pungkas Bamsoet.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.