Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Basarah Ajak Kaum Santri Jihad Lawan Fitnah Di Medsos

Sabtu, 22 Oktober 2022 20:10 WIB
Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah. (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengajak kaum santri untuk berjihad perang melawan hoaks dan fitnah di media sosial. Dia menilai, ribuan hoaks di media sosial dapat memecah belah bangsa, jihad menumpasnya dapat menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Berita hoaks di media sosial, kata Basarah, bukan kebohongan semata. Tetapi banyak juga yang sengaja mengadu domba antarsuku dan agama, menipu, mengajak masyarakat memusuhi pemerintah, bahkan menyebarkan paham asing untuk tujuan merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

"Kaum santri dulu angkat senjata melawan tentara Netherland Indies Civil Administration (NICA) 22 Oktober 1945. Kini harus berperang melawan kebohongan di media sosial. Ini medan jihad baru," tegas Ahmad Basarah, dalam pernyataannya memperingati Hari Santri Nasional yang jatuh 22 Oktober 2022, Sabtu (22/10).

Dalam kurun tiga tahun terakhir hingga 2022, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 9.546 hoaks tersebar di berbagai platform media sosial di internet.

Selain hoaks, Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementerian Kominfo juga menemukan konten-konten negatif seperti penipuan pinjaman online sampai konten yang berisi ajaran radikalisme dan terorisme yang merongrong pertahanan dan kewibawaan negara.

Baca juga : Sandiaga Tingkatkan Kemampuan Santri Dalam Wirausaha Melalui Digitalisasi

Menurut Basarah, inti dari fatwa perang sabil yang diserukan KH. Hasyim Asy'ari dan alim ulama di Jawa-Madura pada 22 Oktober 1945 adalah menjaga kedaulatan NKRI. Fatwa yang ditetapkan oleh tokoh besar Nahdlatul Ulama itu berisi ajaran agama yang di dalamnya semangat kebangsaan digelorakan dalam satu tarikan napas. 

Karena itu, jika kita tarik semangat fatwa itu di era sekarang, jihad di dalamnya sangat relevan dalam konteks jihad di media sosial.

"Jihad yang artinya bersungguh-sungguh melakukan segala sesuatu itu harus dimaknai sebagai kesungguhan kaum santri dan semua komponen bangsa lainnya dalam membela tanah air," tandas Sekretaris Dewan Penasihat PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) itu.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu menjelaskan, jihad membela negara dengan memerangi hoaks di media sosial tidak kalah sulit dibandingkan perang fisik melawan tentara kolonial.

Bedanya, jika dulu jihad dilakukan dengan mengusir penjajah yang tampak di depan mata, di era 5.0 sekarang musuh negara tidak terlihat kasat mata, tapi terasa pergerakannya menggerogoti sendi-sendi pertahanan negara.

Baca juga : PSSI Melawan Mahfud Cs

Ahmad Basarah menjelaskan, mereka yang tidak suka Indonesia bersatu di bawah naungan ideologi Pancasila menggunakan kecanggihan teknologi, terutama media sosial, untuk melancarkan propaganda anti NKRI, Pancasila, dan pemerintahan yang sah.

Taktik dan strategi mereka luar biasa dalam mengadu domba antara masyarakat dengan aparat pemerintah, antara tokoh agama dengan polisi atau TNI, dan kadang kafir-mengafirkan antarpemeluk agama untuk memunculkan sikap saling curiga.

Di sinilah medan jihad baru buat kalangan santri terbuka lebar. Dengan ilmu agama yang digali di pesantren, kaum santri bisa melakukan kontra narasi lewat ceramah, khutbah, proses belajar di pesantren atau sekolah, juga lewat konten-konten media sosial mereka untuk memerangi semua berita bohong yang meresahkan semua kita sebagai bangsa.

"Jika mereka bisa memanfaatkan teknologi komunikasi, kaum santri juga bisa," tegas Ketua DPP PDI Perjuangan itu.

Wakil Ketua Lakpesdam PBNU 2022-2027 ini mengimbau agar kaum santri tidak melupakan fakta sejarah bahwa berdirinya NKRI tidak jatuh dari langit dengan tiba-tiba, tapi ada darah tumpah dan perjuangan para syuhada bangsa termasuk para ulama.

Baca juga : Yandri Ajak Mahasiswa Berani Jadi Anggota DPR

Saat Pancasila lahir sebagai ideologi negara pun, ada ijtihad para alim ulama di dalamnya bahwa negara dengan bangsa majemuk seperti Indonesia hanya layak dinaungi oleh ideologi terbuka Pancasila, bukan oleh agama tertentu.

"Kaum santri itu pewaris para kyai dan alim ulama. Golongan santri tentu tidak akan pernah rela jika warisan kyai dan alim ulama mereka diganggu dan dirusak. Sebagai santri sudah seharusnya mereka bergerak menjaga keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila sebagai bagian dari ketaatan pada kyai dan ajaran Islam," tandas Dosen Tetap Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma) tersebut. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.