Dark/Light Mode

Bamsoet Acungkan Jempol

Jimly Luncurkan Buku ke-75 dan Resmikan Book Corner di 10 Kampus

Senin, 5 Desember 2022 13:18 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kiri) memberikan ucapan selamat ke Prof Jimly Asshiddiqie. (Foto: Dok. MPR)
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kiri) memberikan ucapan selamat ke Prof Jimly Asshiddiqie. (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi tiga capaian prestasi luar biasa yang ditorehkan Anggota DPD Prof Jimly Asshiddiqie. Pertama, peluncuran buku ke-74 dan ke-75, berjudul “Teokrasi, Sekularisme, dan Khilafahisme” serta buku “Oligarki dan Totalitarian-isme Baru”.

Kedua, peresmian Jimly Book Corner di 10 perguruan tinggi yaitu di Universitas Indonesia (UI), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Brawijaya (UNIBRAW), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Parahyangan (UNPAR), Universitas Andalas, Universitas Jenderal Ahmad Yani, dan Universitas Al-Azhar Indonesia.

Ketiga, Penganugerahan Rekor dari LEPRID (Lembaga Prestasi Indonesia dan Dunia) sebagai Tokoh Indonesia pertama di dunia sebagai penulis buku terbanyak, Tokoh Indonesia pertama di dunia yang meluncurkan Book Corner di berbagai Universitas, serta Tokoh Indonesia pertama di dunia yang menuliskan buku tentang Green and Blue Constitution.

Baca juga : Paramount Petals Luncurkan Hunian Berkonsep Modern Tropis

Menurut Bamsoet, ketiga capaian tersebut semakin menempatkan Prof Jimly sebagai sosok yang komplet, baik sebagai akademisi, politisi, maupun tokoh bangsa. Sebagai akademisi, pengabdian keilmuan Prof Jimly telah mencapai titik puncak sebagai Guru Besar yang tidak hanya didedikasikan melalui kegiatan mengajar di kampus. Namun juga diabadikan melalui berbagai karya tulis yang menjadi rujukan dan bahan referensi akademis, khususnya dalam bidang hukum tatanegara.

Sebagai politisi, Prof Jimly adalah satu di antara sedikit tokoh yang istiqomah dalam memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, mengedepankan etika dan kesantuan dalam berpolitik, tanpa mengurangi ketegasan dan kelugasan dalam menyampaikan sikap politik.

"Sebagai tokoh bangsa, Prof Jimly tidak pernah lelah mewacanakan narasi dan wawasan kebangsaan untuk menggugah kesadaran kolektif tentang berbagai persoalan mendasar dalam kehidupan berbangsa. Serta menggalang tanggungjawab intelektual untuk turut memberikan konstribusi pemikiran dalam usaha transformasi hukum dan sosial, menuju Indonesia yang lebih baik," ujar Bamsoet, saat menjadi Keynote Speaker Peluncuran Buku, Peresmian Jimly Book Corner, dan Penganugerahan Rekor dari LEPRID untuk Prof Jimly, di Auditorium Komisi Yudisial, Jakarta, Senin (5/12).

Baca juga : Henkel Luncurkan Loctite Indonesia Official Store Di Tokopedia

Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, melalui buku “Teokrasi, Sekularisme, dan Khilafahisme”, Prof Jimly menyajikan kumpulan tulisan yang bertautan dengan eksistensi paham ketuhanan dan keagamaan dalam konteks kehidupan bernegara, termasuk relasi antara hukum agama dengan sistem hukum nasional. Berbagai paham tersebut hadir sebagai mazhab berpikir yang sejak akhir abad ke-20 kembali mengemuka sebagai gagasan bahkan diasumsikan sebagai prinsip ideal untuk dipraktikkan di zaman modern.

Buku karya Prof Jimly lainnya, "Oligarki dan Totalitarianisme Baru", menyitir dinamika kualitas kehidupan demokrasi di tanah air, yang tercermin dari pasang surut capaian indeks demokrasi. Hal itu mengisyaratkan bahwa kematangan dan kedewasaan berdemokrasi di negeri ini masih labil, belum mencapai pada titik kemapanan. "Keterlibatan dan partisipasi masyarakat pada proses lahirnya berbagai kebijakan publik dirasa masih minim dan belum optimal, sehingga diasumsikan sebagai produk dari praktik oligarki dan totaliatrianisme dengan wajah baru," jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum SOKSI ini menerangkan, dalam konteks ke-Indonesiaan, dua tema besar yang dibahas dalam dua buku tersebut terasa menggugah kembali kesadaran dan komitmen kolektf sebagai sebuah bangsa. Dalam kaitan hubungan antara agama dan negara, telah ditarik satu garis tegas, bahwa negara Indonesia bukan negara agama yang berlandaskan pada satu ajaran agama tertentu. Bukan pula negara sekuler yang menempatkan agama dan negara pada dua kutub yang berseberangan. Dalam negara Pancasila, agama dan negara berjalan beriringan dan saling menguatkan.

Baca juga : Bamsoet Segera Luncurkan Buku 60 Tahun Mengayuh Dayung Di Antara Karang

"Demikian juga dalam konsep oligarki dan totalitarianisme. Kita telah bersepakat, bahwa kekuasaan negara dan pemerintahan, terutama kekuasaan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya material negara, tidak boleh dikendalikan atau dikuasai hanya oleh segelintir kelompok elit. Kita juga telah diikat oleh janji kebangsaan yang menentang adanya kontrol absolut pihak otoritas terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, yang dalam implementasinya cenderung mengedepankan sikap represif dan mengabaikan penegakan hukum yang berkeadilan," pungkas Bamsoet.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.