Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Marak Perjokian Guru Besar, DPR Sebut Seperti Praktik Kapitalis Semu

Rabu, 15 Februari 2023 22:34 WIB
Anggota Komisi X DPR Zainuddin Maliki (Foto: Istimewa)
Anggota Komisi X DPR Zainuddin Maliki (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perjokian guru besar menjadi salah satu isu hangat akhir-akhir ini. Anggota Komisi X DPR Zainuddin Maliki mengaku prihatin terhadap praktik perjokian di dunia akademik ini, yang terkait pembuatan karya ilmiah sebagai syarat memperoleh gelar guru besar.

Kasus perjokian itu mengingatkan Zainuddin pada tulisan Kunio Yoshihara tentang Ersatz Capitalism atau kapitalisme semu. Tulisan Kunio Yoshihara ini dituangkan dalam The Rise of Ersatz Capitalism in Southeast Asia.

Baca juga : Perindo Tembus 4 Besar Partai Peduli Pertanian, Ini Kata HT

Menurut Zainuddin, yang dimaksud kapitalisme semu adalah perilaku pelaku bisnis yang menumpuk-numpuk kekayaan bukan didasarkan kepada budaya achievement dan moralitas entrepreneurship kuat, melainkan didasarkan kepada jaringan kroni yang dibangun dengan kalangan birokrat. "Oleh karena itu, di Indonesia kita mengenal istilah kabir atau kapitalisme birokrat," ucapnya.

Politisi PAN itu melanjutkan, perjokian yang dilakukan sejumlah akademisi dalam pembuatan karya ilmiah ini mirip dengan kapitalis semu. "Mereka berusaha mengejar gelar akademis dengan cara-cara permisif, bukan didasarkan kepada moralitas intelektual dan budaya akademik yang kuat," ucapnya.

Baca juga : Bukan Pelecehan, Jaksa Sebut Putri Candrawathi dan Yosua Selingkuh

Menurut dia, dari akademisi yang bermoralitas permisif seperti ini, hanya akan melahirkan manusia-manusia atau sarjana-sarjana yang bukan hanya diragukan kompetensinya, tetapi juga integritasnya. Praktik perjokian itu hanya akan melahirkan sarjana dan guru besar semu juga.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu berharap, perguruan tinggi segera menyadari praktik-praktik permisif ini dan menghentikan. Sehingga perguruan tinggi bisa menyiapkan manusia-manusia yang terdidik dan bermental kuat.

Baca juga : Guru Besar Olahraga UNJ: Setiap Sekolah Harus Punya Klub Sendiri

"Percayalah bahwa negeri ini akan maju dan berada di halaman depan dalam pergeseran kekuatan global dari Barat ke Asia, apabila negara ini dipimpin oleh manusia-manusia yang terdidik dan bermental kuat," tegasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.