Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Ketua MPR sekaligus Ketua Dewan Pembina Universitas Perwira Purbalingga (UNPERBA) Bambang Soesatyo melakukan Sosialisasi Empat Pilar MPR, di Kampus Merah Putih UNPERBA, Purbalingga, Jawa Tengah, Senin (22/5). Politisi yang akrab disapa Bamsoet ini mengajak para mahasiswa untuk mengoptimalkan bonus demografi yang diraih Indonesia pada 2045.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menuturkan, bangsa Indonesia dalam 22 tahun ke depan akan mencapai usia emas. Salah satu pilar yang ingin diwujudkan dalam visi Indonesia Emas 2045 adalah pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mimpi besar yang ingin diwujudkan, sebagaimana digagas Presiden Jokowi, adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia.
"Kita bersyukur Konstitusi Indonesia memberikan mandat kepada negara untuk memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN serta APBD. Alokasi anggaran tersebut berhasil meningkatkan akses pendidikan bagi rakyat. Berdasarkan data Organisation for Economic Co-operation and Development, pada 2000, penduduk usia 15 tahun yang bersekolah pada jenjang SMP atau SMA hanya sebesar 39 persen. Pada 2018, angka tersebut meningkat pesat menjadi 85 persen," ujar Bamsoet.
Baca juga : Bermanfaat Buat Masyarakat, BNPT Gencarkan Deradikalisasi
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI ini mengingatkan, tantangan kebangsaan yang perlu diperhatikan para mahasiswa UNPERBA adalah demoralisasi generasi muda bangsa. Ini tergambar dari maraknya keterlibatan generasi muda dalam berbagai aksi kriminalitas, anarkisme, vandalisme, perilaku seks bebas, hingga penyalahgunaan narkoba. Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat, selama periode 2022-2023, ada sekitar 4,8 juta penduduk usia produktif yang tercatat sebagai pengguna narkoba.
“Berkelindan dengan fenomena demoralisasi tersebut, kita juga merasakan mulai memudarnya identitas dan jati diri ke-Indonesiaan, khususnya di kalangan generasi muda bangsa. Nilai-nilai kearifan lokal seperti sopan santun, keberadaban sikap dan perilaku, mulai tergerus dan terpinggirkan oleh gaya hidup hedonis, individualis, egois, dan pragmatis,” papar Bamsoet.
Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, bangsa Indonesia sudah memasuki periode bonus demografi. Yaitu, komposisi demografi Indonesia didominasi penduduk usia produktif. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 akan mencapai 319 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen nya, atau sebanyak 223 juta jiwa adalah kelompok usia produktif.
Baca juga : 25 Tahun Reformasi, Aktivitis 98 Ingatkan Kualitas Demokrasi
"Merujuk pada komposisi penduduk usia produktif tersebut, peran pelajar dan pemuda menjadi penting, strategis, dan sekaligus krusial. Kesuksesan kita dalam memanfaatkan fase bonus demografi, akan sangat bergantung pada seberapa optimal generasi muda mampu berkontribusi secara nyata sebagai sumberdaya pembangunan," kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini memaparkan, Yayasan Indonesia Forum dalam Visi Indonesia 2030 memproyeksikan kekuatan ekonomi Indonesia mencapai posisi lima besar dunia pada tahun 2030. Saat itu bangsa Indonesia berada pada posisi puncak bonus demografi, dimana tingkat pendapatan perkapita mencapai 18.000 dolar AS per tahun, terbesar kelima setelah China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
"Sementara, dalam laporan Essential 2007 yang diterbitkan United Bank of Switzerland (UBS), diprediksi pada 2025 Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-7 di dunia, dan pada 2050 posisi Indonesia akan menempati urutan ke-5. Berbagai proyeksi tersebut menggambarkan besarnya potensi kekuatan perekonomian nasional dan kontribusi bonus demografi. Karena itu, momentum tersebut tidak boleh dilewatkan secara sia-sia," urai Bamsoet.
Baca juga : Ganjar Ajak Mahasiswa Optimalkan Potensi Daerah Melalui Kurikulum Pendidikan
Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, bangsa Indonesia perlu belajar dari pengalaman negara-negara yang telah mengoptimalkan periode bonus demografi. Beberapa di antaranya, seperti Korea Selatan, China, dan Jepang.
"Kunci keberhasilan negara-negara tersebut dalam memanfaatkan bonus demografi adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia. Sehingga ketika berada pada fase bonus demografi keberlimpahan penduduk usia produktif bertransformasi menjadi sumberdaya pembangunan yang tidak hanya memiliki daya saing, kreatif dan inovatif, namun juga memiliki karakter dan wawasan kebangsaan," pungkas Bamsoet.■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya