Dark/Light Mode

Bamsoet-Presiden GCTP Teken MoU Penyebarluasan Budaya Toleransi

Selasa, 8 Agustus 2023 18:30 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kedua kiri) bersama Presiden the Global Council for Tolerance and Peace (GCTP) Ahmed Bin Mohamed Aljarwan (kedua kanan) menunjukkan naskah kerja sama kedua belah pihak, di Jakarta, Selasa (8/8). (Foto: Dok. MPR)
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kedua kiri) bersama Presiden the Global Council for Tolerance and Peace (GCTP) Ahmed Bin Mohamed Aljarwan (kedua kanan) menunjukkan naskah kerja sama kedua belah pihak, di Jakarta, Selasa (8/8). (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) bersama Presiden the Global Council for Tolerance and Peace/GCTP (Dewan Toleransi dan Perdamaian Global) Ahmed Bin Mohamed Aljarwan menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang Penyebarluasan Budaya Toleransi dan Perdamaian.

Ruang lingkup kerja sama tersebut antara lain, MPR dan GCTP akan menjalin hubungan untuk saling bertukar isu keparlemenan dalam bidang toleransi dan perdamaian, berkonsultasi dan saling membantu untuk membahas berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama di bidang toleransi dan perdamaian. Kemudian, mengambil berbagai langkah untuk mengembangkan kerja sama parlemen dalam berbagai arsip yang mewakili kepentingan bersama di bidang toleransi dan perdamaian serta berkonsultasi apabila diperlukan, khususnya saat menyelenggarakan berbagai acara bersama dan kolaboratif.

"Sebagai Rumah Besar Kebangsaan yang terdiri dari anggota DPR dan DPD, MPR memiliki program penguatan karakter bangsa dan pembangunan wawasan kebangsaan, melalui program Sosialisasi Empat Pilar MPR. Melalui program ini, kami memasyarakatkan nilai-nilai kearifan lokal kepada segenap elemen bangsa, termasuk nilai-nilai toleransi dan perdamaian," ujar Bamsoet, usai menandatangani MoU antara MPR dengan GCTP, di Jakarta, Selasa (8/8).

Baca juga : Ganjar Creasi Adakan Pelatihan Pengelasan Bagi Masyarakat Sidoarjo

Turut hadir antara lain, Anggota MPR sekaligus Anggota Komisi I DPR Fraksi Golkar Dave Laksono, Direktur Wahid Institute yang juga Pendiri GCTP Yenny Wahid, serta Manajer Kantor President GCTP Farres Mekky.

Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, delapan pendiri GCTP antara lain, Indonesia, Amerika Serikat, Argentina, Uni Emirat Arab, Comoros, Albania, India dan Mesir. Kantor pusat di pulau Malta dan kantor penghubung di seluruh dunia. Misi utama GCTP adalah menyebarkan budaya toleransi untuk mencapai perdamaian dunia.

Saat ini, GCTP beranggotakan berbagai tokoh perdamaian dunia dari sekitar 50 negara, termasuk Indonesia. Perjuangan GCTP fokus pada penangkalan bahaya terorisme, fanatisme, kebencian, pembersihan etnis, sektarianisme, dan ekstremisme ras. Berbagai paham tersebut tumbuh dan berkembang seperti kanker yang membahayakan perdamaian dunia.

Baca juga : Bamsoet Apresiasi Peluncuran Buku Gelombang Pasang Koperasi Simpan Pinjam

"Kerja sama MPR dengan GCTP tidak lain karena Indonesia dipandang sebagai negara besar yang telah mendapat pengakuan sebagai negara toleran di dunia. Diharapkan sikap toleransi yang berkembang di Indonesia, bisa ditularkan ke berbagai negara lain untuk mewujudkan perdamaian dunia," jelas Bamsoet.

Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI ini menekankan, pentingnya merawat toleransi juga tidak lepas dari kondisi global yang saat ini terus memprihatinkan. Terlihat dari indeks perdamaian global yang terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir, sebagaimana terungkap dari rilis Institut Ekonomi dan Perdamaian (Institute for Economics and Peace).

"Saat ini, ketika kita sedang mendorong komitmen global untuk menjaga semangat perdamaian, di belahan bumi yang lain, konflik bersenjata juga masih terus berkecamuk. Tidak hanya perang Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan ratusan ribu korban tewas dan puluhan juta warga mengungsi, melainkan juga di beberapa negara lainnya yang hingga saat ini masih berjibaku menghadapi konflik," tandas Bamsoet.

Baca juga : Antam Luncurkan Koleksi Perak Terbaru: Pesona Warisan Budaya Indonesia

Wakil Ketua Umum Pemuda Partai Golkar ini menerangkan, intoleransi juga telah menyebabkan kebebasan beragama di seluruh dunia mengalami tekanan. Banyak negara termasuk negara-negara maju di Eropa, masing-masing pernah mengalami masa dimana kekerasan atas nama agama menjadi bagian dari sejarah kelam. Karena itu, sangat penting untuk senantiasa mengkampanyekan sikap toleransi yang juga dibarengi dengan moderasi dalam kehidupan beragama. 

"Moderasi dalam kehidupan beragama tidak dimaknai untuk mengabaikan ajaran nilai-nilai agama. Karena sesungguhnya nilai-nilai agama akan selalu melekat dan mewarnai kehidupan keseharian kita, yang mengajarkan kita untuk menjaga hubungan silaturahmi yang harmonis dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan," pungkas Bamsoet.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.