Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Tambahan Gas Dari JTB Amankan Bahan Baku Produksi Petrokimia Gresik 2023
- Borneo FC Vs Persik Kediri: Awas, Macan Putih Ngamuk Lagi!
- Minta Hakim Tolak Pleidoi, Jaksa Nilai Penjara 8 Tahun Pantas Buat Putri Candrawathi
- Kunjungi Ponpes Yatofa di NTB, Anies Disambut Ribuan Santri dan Masyarakat
- Pertamina Targetkan 300 Mobil Tangki di Tahun 2025

RM.id Rakyat Merdeka - Anggota DPD, Abdul Rachman Thaha memastikan, lembaganya menolak perubahan Undang-Undang Dasar 1945 tentang masa jabatan presiden jadi tiga periode. Menurut Thaha, lembaganya mendukung amandemen UUD, namun semata-mata terkait pokok-pokok haluan negara, penataan kelembagaan MPR, dan penguatan kelembagaan DPD.
"Terkait perubahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode, 99,9 persen keyakinan saya bahwa 136 orang anggota DPD menolak amandemen UUD," kata Thaha dalam keterangan persnya, Rabu (17/3).
Berita Terkait : DPR Tolak Wacana Impor Beras
Dia mengancam, akan membuka nama anggota DPD yang mendukung perubahan UUD 1945 tentang masa jabatan presiden. Pasalnya, perubahan tersebut harus dibahas bersama dengan unsur DPD. Setidaknya disepakati oleh 50+1 persen dari keseluruhan penghuni Senayan.
"Jika saya mengetahui ada anggota DPD yang berpolitik transaksional dengan cara yang tidak etis terkait perubahan masa jabatan presiden, saya akan buka nama yang bersangkutan ke masyarakat," tegasnya.
Berita Terkait : Partai Ummat Pasang Badan Buat Amien Rais
Anggota Komisi I DPD RI itu menenggarai isu masa jabatan presiden tiga periode hanya pancingan terhadap watak kenegarawanan Jokowi. "Anggaplah bahwa pada isu lain, publik mempersoalkan sikap kenegarawanan Presiden," jelasnya.
Akan tetapi jika wacana ini benar-benar terjadi, maka manjadi preseden buruk bagi pemerintahan Jokowi. "Terlalu suram bagi catatan perjalanan negara-bangsa Indonesia," paparnya. [UMM]
Tags :
Berita Lainnya