Dark/Light Mode

Setelah Anies Dicapreskan

NasDem Vs PDIP Konflik Menajam

Kamis, 13 Oktober 2022 07:57 WIB
Ilustrasi PDIP vs NasDem (Foto: Istimewa)
Ilustrasi PDIP vs NasDem (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Zulfan Lindan Vs Hasto
Belum beres debat soal "si biru" keluar dari pemerintah, kemarin NasDem dan PDIP terlibat perang omongan lagi. Pemicunya adalah politisi senior NasDem, Zulfan Lindan yang menyatakan "Anies itu antitesa Jokowi".

Zulfan mengungkapkan, partainya sudah melakukan kajian dengan pendekatan filsafat dialektika sebelum menetapkan Anies sebagai capres. NasDem menilai Anies merupakan antitesis dari Presiden Jokowi, sehingga cocok diusung sebagai bakal capres.

Maksudnya? "Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebagai tesa, tesis, berpikir dan kerja, tesisnya kan begitu Jokowi. Lalu kita mencari antitesa, antitesanya apa? Dari antitesa Jokowi ini yang cocok itu, Anies," kata Zulfan, dalam diskusi Adu Perspektif Total Politik yang berlangsung daring, Selasa (11/10) malam.

Zulfan menuturkan, Anies memiliki kemampuan berpikir yang berkonsep, yang dirumuskan dalam kebijakan (policy). Dia menilai tokoh lainnya yang memiliki elektabilitas bagus seperti Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo hampir sama seperti Jokowi. "Apa artinya, dia berpikir secara konseptualisasi, kemudian itu dirumuskan dalam policy-policy," jelasnya.

Baca juga : NasDem Kota Bogor Klaim Mendapat Banyak Kader

Anies ini sintesanya akan lebih dahsyat lagi nanti 2029. Kalau Ganjar, dari tesa ke tesa, nggak ada antitesa. Prabowo dari tesa ke tesa, nggak ada antitesa. (Puan) mirip-mirip," ujarnya.

Pernyataan Zulfan yang menyebut Anies sebagai antitesa Jokowi, membuat Hasto kaget. "Ini menimbulkan persoalan tata pemerintahan dan etika politik yang sangat serius," kata Hasto, kepada wartawan, kemarin.

Menurut Hasto, pernyataan Zulfan merupakan penegasan sikap partai NasDem. Dengan mencalonkan Anies, kata Hasto, NasDem juga menjadi antitesis.

"Antitesa artinya vis a vis, diametral. Jadi, secara sadar, NasDem melalui pernyataan Pak Zulfan Lindan menegaskan hal tersebut," kata Hasto. "Dengan demikian, dalam cara berpikir, kebijakan dan skala prioritas NasDem dengan mencalonkan Pak Anies juga menjadi antitesis," sambungnya.

Baca juga : Bu Mega, Setuju?

Hasto lalu mengaitkan sikap NasDem itu dengan para kadernya yang duduk di kursi menteri pemerintahan Jokowi. Hasto menilai hal itu kontradiksi, mengingat sikap NasDem saat ini mendukung tokoh yang disebut antitesis Jokowi.

"Bukankah dukungan NasDem terhadap Pak Anies tersebut bersifat wajib bagi kader NasDem. Kecuali NasDem mengecualikan bahwa menteri-menteri yang di kabinet, menyatakan secara formal tidak mendukung Pak Anies," sindirnya.

Problematika berpemerintahan seperti itu, kata dia, harus dijawab dalam perspektif tata negara yang baik. Dia lantas mempertanyakan tanggung jawab etik politik dari partai yang berkomitmen untuk mendukung keberhasilan pemerintah, tapi mengusung capres yang justru antitesa  dengan Jokowi. "Ini kan jadi kontradiktif dan rumit," kata Hasto.

Hasto meminta NasDem memberikan penjelasan terkait hal itu. "Berbagai persoalan etik tersebut yang harus dijawab, lengkap dengan berbagai kontradiksi kebijakan dalam jalannya pemerintahan," kata dia.

Baca juga : Capreskan Anies, NasDem Belum Dapat Manisnya

Lalu, siapa yang untung dan siapa yang buntung di balik meruncingnya perdebatan PDIP dan NasDem ini? Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul, Jamaludin Ritonga menyebut NasDem dan PDIP telah pecah kongsi. Kata dia, perpecahan itu sebenarnya bukan hanya terjadi pasca NasDem mengusung Anies sebagai capres.

Menurutnya, PDIP dengan NasDem memang sudah tidak harmonis sejak lama. Ditandai dengan hubungan tidak baik antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh. “Memang tidak jelas pemantik ketidakcocokan kedua ketua umum partai politik tersebut,” kata Jamaludin.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno memprediksi, puncak perseteruan itu, yakni PDIP bakal mem-blacklist NasDem dari penjajakan koalisi. Bagi PDIP, sosok Anies yang diusung NasDem sebagai capres, dianggap memiliki ideologi dan mazhab politik yang berseberangan dengan partainya.

Kata dia, Anies dianggap sebagai figur kelompok-kelompok kritis Islam yang cukup dekat dengan irisan-irisan yang disebut pemilih Islam kanan. "Ini dua kutub ekstrem memang, yang menurut kita, sampai saat ini agak sulit untuk dipertemukan," pungkas Adi.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.