Dark/Light Mode

Target 20 Persen Golkar Bakal Tercapai Jika Usung Capres Dari Internal

Kamis, 1 Desember 2022 13:41 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Peneliti senior Pusat Riset Politik-Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Lili Romli menilai, target Partai Golkar untuk meraih 20 persen suara dalam Pemilu 2024 sulit tercapai berdasarkan beberapa faktor yang muncul saat ini. 

Golkar dinilai hanya akan mampu mencapai atau mendekati target tersebut jika mengusung sosok internal partai dalam kontestasi 2024. Artinya, Golkar bisa berharap dari efek ekor jas (coat-tail effect) pencalonan Airlangga Hartarto dalam Pilpres 2024.

"Jadi, target 20 persen itu akan tercapai atau mendekati, manakala Ketum Golkar Airlangga yang maju sebagai capres atau cawapres. Kalau tidak, ya susah," tegas Lili di Jakarta, Rabu (30/11).

Menurutnya, Pemilu 2019 memberikan pelajaran tentang besarnya pengaruh efek ekor jas bagi perolehan suara partai. PDIP mendapati efek ekor jas dari Jokowi yang maju sebagai capres. Begitu juga dengan Gerindra.

"Itu terbukti dari pemilu kemarin (Pemilu 2019). Efek ekor jas bukan pada Golkar tetapi pada PDIP. Juga pada Gerindra dan PKS dengan pengusungan Prabowo," kata Lili.

Menurut Lili, faktor figur dari partai menjadi salah satu pekerjaan rumah. Partai lain mempunyai figur kuat yang menjadi magnet partainya, seperti PDIP dan NasDem.

"PDIP yang selalu tertinggi dan mereka punya figur, Pak Jokowi, Ibu Mega, apalagi kalau mengusung Ganjar," ungkapnya.

Baca juga : Ridwan Kamil Dan Golkar Bakal Saling Melengkapi

Selain itu, Golkar juga berbagi ceruk elektoral yang sama dengan beberapa partai, sehingga Golkar harus berbagi suara pemilih dengan beberapa partai yang punya irisan ideologi nasionalis.

"Banyak partai yang dekat atau sama secara ideologi dengan Golkar. Ada NasDem, Gerindra dan Garuda," tambahnya.

Partai Golkar berada pada urutan kedua setelah PDIP pada Pemilu 2019. PDIP memperoleh 19,33 persen suara, sedangkan Golkar memperoleh 12,31 persen suara.

Berkaca pada hasil tersebut, Lili menilai Golkar akan kesulitan mencapai target jika tanpa didukung faktor efek ekor jas.

"Katakanlah sama dengan Pemilu 2019, itu agak susah bagi Golkar mencapai target 20 persen. Kecuali Golkar mengusung ketumnya menjadi capres atau cawapres," pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, Golkar memiliki jajaran kuat untuk menghadapi pemilu. Ada ribuan kader partai yang siap memenangkan pemilu. 

“Tugasnya jelas, three in one. Satu menang pilpres (pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden), dua menang pileg (pemilihan calon anggota legislatif), tiga menang pilkada (pemilihan calon kepala daerah. Penugasannya jelas,” tegas Airlangga beberapa waktu lalu. 

Baca juga : Rapimwil Jateng, PPP Bakal Bahas Usulan Capres Dari Kader Daerah

Mobilisasi Kader

Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan, berdasarkan survei terkini, Golkar berada pada posisi ke-2 dalam konteks jika pemilu dilakukan hari ini. 

Namun secara umum, seluruh partai mengalami penurunan elektabilitas dibanding Pemilu 2019. Ini karena masih banyaknya pemilih yang belum menentukan suara. 

“Dalam survei banyak masyarakat yang belum menentukan pilihan. Ada 21,3 persen bisa jadi di-undecided voter, ada pemilih Golkar. Lalu apakah (elektabilitas Golkar) bisa naik? Tentu saja bisa.” kata Deni, Rabu (30/11). 

Seperti dikatakan Airlangga, Golkar memiliki ribuan massa, kader, ‘mesin’  yang bisa digunakan untuk memenangkan partai berlambang Pohon Beringin itu. 

“Harus ada upaya seperti kemampuan sosialisasi dan mobilisasi dukungan menjelang hari H,” sebut Deni. 

Dengan kekuatan massa yang besar, Golkar pasti tidak ingin terlempar dari tiga besar partai di Indonesia. Karena itu, butuh upaya kerja keras untuk mengangkat citra partai dan kemudian menentukan Capres yang menambah elektabilitas partai. 

Baca juga : Survei Indikator: 65,6 Persen Masyarakat Percaya Kapolri Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan

Pada survei terdahulu, SMRC pernah melakukan eksperimen simulasi pasangan Ketum Airlangga dengan tokoh lain di luar partai. Simulasi pasangan Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto yang menempati urutan teratas. 

“Tentu tidak mudah bagi Golkar, apakah mereka siap mencalonkan tokoh di luar partainya. Kalau itu terjadi mungkin ada efeknya, terutama jika Ganjar terasosiasi kuat dengan Golkar,“ ungkap Deni.

Lalu dengan Ridwan Kamil yang disebut tengah dekat dengan Golkar, Deni mengatakan, meski dia berada dalam 4 besar, namun jika dipasangkan dengan Airlangga, dampaknya belum signifikan. 

“Golkar perlu memperhatikan tren suara,” tandas Deni.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.