Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bung Karno Membangun Dunia Yang Bebas Penjajahan

Jokowi Gelorakan Indonesia Sebagai Pemimpin Bangsa-bangsa

Selasa, 10 Januari 2023 06:18 WIB
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (Foto: Khairizal Anwar/RM)
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (Foto: Khairizal Anwar/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hasto mengajak Rakyat Merdeka membuka file-file lama tentang Bung Karno. Saat Bung Karno di tengah pemimpin dunia di perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA).  Ada foto, sejumlah wanita berkebaya, luwes menjamu tamu-tamu negara.

Kondisi geopolitik saat ini sedang tidak baik. Posturnya berubah akibat perang Rusia-Ukraina. Bagaimana situasi ini disikapi oleh partai?

Dalam berpolitik, kami diajarkan dialektika melihat persoalan bangsa. Contohnya pendidikan. Tak ada perubahan yang cepat atau bertransformasi, tanpa memikirkan kualitas pendidikan, tanpa riset dan tanpa inovasi.

Itu salah satu permintaan Ibu Mega, saat mencalonkan Pak Jokowi di periode kedua.

Ibu Mega saat itu tidak bicara jatah menteri sekian. Tapi yang Ibu katakan adalah, kita ini bangsa besar. Dunia membutuhkan kita, bukan Indonesia yang butuh dunia.

Sekarang ini Indonesia hanya menjadi objek, karena pendidikan, riset dan inovasi kita jauh tertinggal dibanding negara lain. Bung Karno dulu ingin Indonesia melakukan dekolonialisasi. Tapi, mohon maaf, Pak Harto malah melakukan rekolonialisasi. Akibatnya, kita mengalami kemunduran.

Karena itulah, Ibu Mega meminta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) didirikan. Pak Jokowi saat itu bertanya, apa yang akan diteliti? Jawab Ibu Mega, ada empat hal. Manusia, flora, fauna dan teknologi.

Baca juga : Satu Abad NU, Pesan Jokowi: Gunakan Seni Budaya Sebagai Dakwah

Tujuannya adalah supaya kita menjadi bangsa yang berdikari. Masa sih, jamu-jamuan saja, kita nggak ada pusat penelitiannya. Padahal, banyak sekali variannya yang tumbuh di sini, dan termasuk paling lengkap di dunia. Bukan hanya untuk makanan, bumbu-bumbuan, tapi manfaatkan sebesar-besarnya.

Soal keragaman jenis makanan, Bung Karno pernah membuat buku Mustika Rasa, kumpulan resep masakan seluruh Indonesia.

Kilas balik ke saat Konferensi Asia Afrika 1955 dulu. Seluruh pemerintahan dan civil society itu bergerak. Bukan hanya pemerintahnya yang KAA. Tapi juga perempuannya, mahasiswanya, wartawannya. Bahkan dokter anak pun KAA.

Kenapa dokter anak? Karena Bung Karno ingin anak Indonesia itu tingginya mencapai 170-an cm. Kejayaan Bung Karno diakui banyak pemimpin dunia.

Kondisi sekarang, Pak Jokowi pun sudah diakui dunia sebagai pemimpin yang hebat. Buktinya sukses menggelar G20 dan ikut aktif dalam mendamaikan konflik dunia. Sudah bisakah Pak Jokowi ini dinilai sebanding dengan Bung Karno?

Bung Karno membawa gagasan baru politik luar negeri bebas aktif. Berbeda dengan teori Barat, yang saat itu menghisap dan melakukan ekspansi wilayah.

Bung Karno mengandalkan semangat anti imperalisme dan kolonialisme. Wujudnya, memberi bantuan kepada negara yang masih terjajah agar bisa merdeka. Dan mayoritas yang dibantu adalah negara Islam.

Baca juga : 8 Negara Pelototi Traveler Dari China, Indonesia Bagaimana?

Bung Karno saat itu mendapat gelar pembebas negara Islam dan menggelar Konferensi Islam Asia Afrika tahun 1965. Bung Karno membangun tata dunia yang membebaskan dari penjajahan.

Zaman Bung Karno, seluruh komunike yang dihasilkan, dipimpin Indonesia. Mulai dari soal politik, keamanan, ekonomi, kebudayaan. Tanpa voting.

Pancasila bisa diterapkan dalam KAA itu, yang anggotanya 29 negara. Belum termasuk utusan negara lain yang hadir di situ. Sementara Pak Jokowi punya visi, Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Saat G20, Indonesia membangun optimisme bahwa politik luar negeri bebas aktif ternyata masih relevan dan mampu mempertemukan berbagai kepentingan. Ini menunjukkan, nilai-nilai musyawarah mufakat ternyata bisa digunakan dunia internasional.

Pak Jokowi menggelorakan kembali bahwa Indonesia terlahir sebagai pemimpin di antara bangsa-bangsa. Memberikan pelayanan maksimal untuk tamu-tamu negara. Menyajikan kebudayaan, makanan, ruang pertemuan yang didesain kreatif saat G20. Ini menunjukkan Indonesia eksis dan mendapat apresiasi luar biasa.

Apa yang dilakukan itu, seperti Bung Karno dulu saat KAA. Melayani tamu-tamu negara adalah para wanita berkebaya. Mereka membawa asbak dan lilin untuk menyalakan rokok tamu-nya.

Saat itu, ide ini dinilai luar biasa. Kreatif. Tamu-tamu negara dilayani dengan baik. Sehingga saat pengambilan keputusan, semua negara ikut.

Baca juga : Diungkap Dubes Ukraina, Indonesia Seperti Pelangi

Yang mengkritik Bung Karno dulu ada juga. Ada yang meledek penyelenggaraan KAA sebagai konferensi asal-asalan. Padahal, 10 dasa sila Bandung akhirnya lahir, berkat event KAA. Juga poin-poin pembebasan Irian Barat.

Pasca KAA, posisi Indonesia kuat, sehingga bisa melahirkan Deklarasi Juanda, yang membuat wilayah laut Indonesia bertambah 2,5 kali lipat tanpa perang. Ini berarti KAA cara yang cerdas sekali. 

Bagaimana proses sosialisasi ajaran dan inspirasi Bung Karno kepada generasi muda, apakah terasa ada gap yang menyulitkan bagi PDI Perjuangan?

Emotional bonding harusnya ada. Tapi, Bung Karno dalam sejarah, hanya diajarkan sebagai proklamator, dalam peristiwa saja. Pemikiran, dialektikanya tidak digaungkan. Perlu recalling melalui cara kreatif di era saat ini. Misalnya, pemikiran dan ajaran Bung Karno di-share di media sosial, melalui potongan video. ■ 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.