Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Cuma Modal Wasekjen, Putri Wapres Belum Tentu Menang Pilwalkot Tangsel

Senin, 20 April 2020 03:55 WIB
Siti Nur Azizah (Foto: Istimewa)
Siti Nur Azizah (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kursi Wasekjen Partai Demokrat yang diduduki Siti Nur Azizah bukan jaminan bisa menang Pemilihan Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Jabatan disandang Putri Wapres Ma'ruf Amin ini bukan variabel menentukan. Melainkan, elektabilitas dan popularitas.

Pengamat politik dari Indonesia Public Institue (IPI) Karyono Wibowo menilai, posisi Siti Nur Azizah sebagai Wasekjen Demokrat sebetulnya bukan variabel paling menentukan di pilkada. Popularitas, elektabilitas dan akseptabilitas tidak semata dipengaruhi jabatan dalam partai. 

Dalam kancah pemilu, jelas Karyono, ada beberapa variabel lebih menentukan nasib kandidat di pilkada, daripada jabatan politis. Satu di antaranya rekam jejak kandidat bagi kemajuan daerah. “Dari pemilih itu akan melihat kandidat ini sudah berbuat apa bagi daerah pemilihannya. Berkontribusi apa? Konkret atau baru sebatas janji,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka. 

Karyono melihat track record Siti Nur Aziza bagi Tangsel masih jadi pertanyaan. Maklum, sebelum ada gelaran Pilkada 2020, dia lebih banyak berkecimpung sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). “Pemilih di Tangsel pasti masih bertanya-tanya apa yang sudah di perbuat Siti selama ini bagi masyarakat Tangsel, sebelum ada gelaran pilkada,” ujarnya. 

Baca juga : Nur Azizah Makin Mantap Maju di Pilkada Tangsel

Selain track record, tambah dia, variabel cukup penting lainnya adalah sumber daya sosial dan modal setiap kandidat. Dia masih belum bisa melihat hal ini di sosok Siti Nur Azizah. “Mulai track record, sumber daya sosial dan modal ini penting. Jadi kalau jabatan politis partai saja belum cukup. Bisa saja kalah, “ujarnya. 

Karyono mengingatkan, PDI Perjuangan selaku partai pemenang kedua di Tangsel belum mengeluarkan rekomendasi kepada siapapun. Sehingga, peta persaingan bagi Siti cukup tajam. 

Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Andi Syafrani punya pendapat tambahan. Dia menilai langkah Siti Nur Azizah mengikuti Pilkada Tangsel sebetulnya patut diacungi jempol, dan tentu akan mempunyai hasil. 

Akan tetapi, jelas Andi, ada yang kosong dari Siti. Orang belum tahu siapa sosok Nur Azizah ini dan narasi apa terbangun tentang ketokohannya. “Nggak cukup sama sekali kalau misalkan dia putri dari Wapres, kan ini bicara kewilayahan. Apa hubungannya dengan Kota Tangsel. Di mana pun yang milih ini orang Tangsel. Mereka butuh sesuatu jelas menarasikan antara sosok Ma’ruf Amin dengan Tangsel apa,” jelasnya. 

Baca juga : Di Atas Tenang, Di Bawah Tegang

Andi mencontohkan, sosok Ma’ruf Amin saja yang mewakili masyarakat Banten pada Pilpres 2019 pun faktanya tidak cukup mendongkrak elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf. “Apa lagi wilayah Tangsel, jelas-jelas perkotaan dan tidak punya hubungan emosional kepada Ma’ruf Amin. Ini yang masih kosong dari Siti Nur Azizah. Jadi dia perlu membangun narasi lebih kuat dan erat dengan masyarakat Tangsel,” pungkasnya. 

Sebelumnya, Siti Nur Azizah menyatakan mantap berlabuh ke Partai Demokrat. Bergabungnya, Siti Nur Azizah ke partai berlambang Mercy pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) setelah diskusi dengan banyak kalangan. Sosok AHY jadi pertimbangan utama. “Sebagai anak muda, AHY perlu didukung karena memiliki pemikiran hebat dalam membangun Indonesia ke depan. Anak muda memiliki banyak ide-ide segar bagaimana membuat perubahan. Kita harus beri dukungan, kita harus memperkuatnya. Tentu dengan semangat perubahan untuk Indonesia lebih baik lagi,” kata Azizah. 

Dengan bergabung ke Demokrat, Azizah meyakini akan mampu memperkuat posisi partai secara lokal lantaran tekad kuatnya bersaing di Pilkada Tangsel. Terutama membuat perubahan secara progresif. “Saya memiliki semangat sama dengan Demokrat. Tinggal sedikit sentuhan partai ini akan kembali bangkit. Dengan bergabung ke Demokrat, saya meyakini bisa memperkuat posisi partai secara lokal dan nasional,” jelasnya. 

Pilihan bergabung ke Demokrat merupakan bagian dari kesadaran sejarah untuk mendukung kaum muda maju dan berperan dalam gelanggang politik. Ditunjang dengan sosok AHY terhitung muda. Bahkan paling muda di antara ketua umum partai lain. “Ini gagasan penting untuk regenerasi politik di Indonesia. Generasi tua dan generasi muda itu harus sambung-sinambung, saling mendukung. Saya tidak rela generasi muda dipinggirkan. Dia harus diberi peran signifikan. Demokrat telah mulai mengambil langkah nyata dalam hal ini,” bebernya. 

Baca juga : Soal THT dan Pensiun, Korpri Lebih Senang Dikelola Taspen

“Bagaimana pun generasi tua itu kenyang pengalaman, banyak ilmu, dan banyak teladan baik yang bisa diwariskan. Demokrat menjadi seksi karena memiliki ideologi nasionalis-religius. Tentu ideologi ini memudahkan untuk terjun berinteraksi ke masyarakat secara lintas agama, suku bangsa, maupun antargolongan,” tutupnya. [SSL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.