Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Politik dan Sakaratul Maut

Selasa, 23 April 2019 06:44 WIB
Capres 02 Prabowo Subianto (baju safari krem), akankah berpindah ke arena politik soft, menjadi king maker? (Foto: Tedy Octariawan Kroen/Rakyat Merdeka)
Capres 02 Prabowo Subianto (baju safari krem), akankah berpindah ke arena politik soft, menjadi king maker? (Foto: Tedy Octariawan Kroen/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Politik dan sakaratul maut. Kedengarannya serem, tapi sesungguhnya sangat biasa. Lazim. Normal-normal saja. Dalam politik, politisi bukan hanya menghadapi sakaratul maut, tapi “dibunuh”. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Mati? Tidak. Bahkan, dia bisa “terbunuh tiga kali”, hidupnya lima kali.

Akbar Tandjung contohnya. Pernah terseret kasus korupsi, Akbar kemudian dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Golkar yang dipimpinnya pernah nyaris dihabisi, tapi di masa- masa sulit itu, dia berhasil menyelamatkan partainya. Berhasil menyelamatkan Golkar, bukan trofi yang didapat, Akbar justru tersingkir. Dia kalah tapi tidak mati. Justru dia berhasil kembali, hidup lagi, memimpin Golkar bersama Aburizal Bakrie. Selama vakum, dia mendirikan Akbar Tandjung Institute. Juga menempuh S3, meraih gelar doktor. Karena itu para juniornya menyebut Akbar sebagai suhu. Master. Kawan dan lawan politik mengibaratkannya sebagai “belut dioli-in”. Sangat licin.

Baca juga : Dijaga Ketat, Gudang Surat Suara di Kuala Lumpur

Prabowo juga demikian. Tiga kali bertarung di Pilpres, dia tak pernah “mati”. Pilpres 2009, menjadi cawapresnya Megawati. Pilpres 2014, menjadi capres didampingi Hatta Rajasa. 2019, berpasangan dengan Sandiaga Uno.

Sekarang, quick count sejumlah lembaga survei menempatkan Prabowo sebagai pihak yang kalah. Belum berhasil mengalahkan Jokowi-Maruf Amin. Apakah ini akan menjadi “sakaratul maut politik” bagi Prabowo? Bisa iya. Bisa tidak. Walaupun “terbunuh” atau kalah secara politik (pilpres), Prabowo bisa terus hidup. Buktinya, sekarang, dia belum mau menyerah.

Baca juga : Politik Tidak Harus Dijalankan Dalam Situasi Tegang

Namun, akhir dari segala akhir tak bisa dihindari. Kapan? Ketika dia berhasil pindah arena, dari ring politik yang keras ke arena politik yang soft. Orang menyebutnya sebagai king maker. Penentu di balik layar. Di panggung belakang. Ada juga yang menyebutnya sebagai guru bangsa. Toh ini juga jalan yang “husnul khotimah” secara politik.

Apa ada role model yang positif? Ada. Megawati contohnya. Gagal di Pilpres 2004 dan 2009, Megawati kemudian berhasil mengusung Jokowi sebagai presiden pada Pilpres 2014 dan 2019.

Baca juga : Pertamina Resmikan BBM Satu Harga Di Aru

Ketika kita kalah dari “anak didik kita”, sesungguhnya itu juga sebuah kemenangan. Kemenangan yang terus hidup. Hidup di “alam” lain. Alam begawan yang tak kalah mulianya. [SUP]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.