Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Suharso Monoarfa Tak Punya Daya Ungkit

Elektabilitas Merosot, Suara PPP Terbang ke Partainya Imin

Senin, 13 Mei 2019 09:11 WIB
Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kiri). (Foto: Twitter@PKB.ID).
Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kiri). (Foto: [email protected]).

RM.id  Rakyat Merdeka - Melorotnya elektabilitas PPP di Pileg 2019 membuktikan, sosok Ketum Suharso Monoarfa tidak punya daya ungkit bagi partai Kabah. Sebaliknya, pasca-penunjukan Monoarfa, justru banyak suara PPP lari ke PKB.

Direktur Ekesekutif Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Kunto Adi Wibowo mengatakan, pasca Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Romahurmuziy alias Rommy menyeruak kepermukaan, suara PPP memang mulai terganggu.

Puncaknya terjadi ketika mantan Ketum PPP itu ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Penunjukan Suharso Monoarfa sebagai Ketum PPP pada Rabu (20/3) di Bogor, tidak banyak membantu suara PPP di arena pileg.

Baca juga : Elektabilitas Golkar Tetap Tinggi

Padahal, Suharso kadung mengklaim dirinya adalah solusi dari gonjang-ganjing suara partai. “Iya efek (Suharso Manoarfa) tidak terlalu besar,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, Minggu (12/5).

Kunto berpendapat, pasca-tertangkapnya Rommy, suara PPP hanya tertumpu pada pemilih-pemilih tradisional. Maksudnya, hanya bergantung pada pemilih yang tidak berorientasi pada figur, melainkan simbol-simbol lain seperti lambang partai atau ketokohan caleg lokalnya.

Suara-suara pemilih PPP dari kategori pemilih milenial atau pemula, sambung Kunto, justru ‘terbang’ ke PKB pasca Rommy ditetapkan sebagai tersangka.

Baca juga : Monoarfa Tak Bisa Dongkrak Partai Kabah

Penunjukan Suharso sebagai Plt Ketum PPP, tidak bisa berbuat banyak untuk mengembalikan para pemilih kritis itu.

“Ini yang tersisa (bagi PPP) kan pemilih tradisional. Mereka memilih bukan karena figur ketua partai, tapi lambang kabah dan tentu saja memilih karena caleg. Jadi, PPP akhirnya tergerus oleh PKB karena banyak yang kritis lari ke sana suaranya,”jelasnya.

Tergerusnya suara PPP, lanjut Kunto, tercermin dari hasil hitung cepat lembaganya. Berdasarkan hasil hitung cepat KedaiKOPI, elektabilitas PKB dalam Pileg 2019 mencapai 9,73 persen.

Baca juga : Hasto Minta Kader Jualan Kartu Sakti Jokowi

Angka ini naik dibanding perolehan Pileg 2014 sebesar 9,04 persen. Sementara, elektabilitas PPP pada Pileg 2019 hanya mencapai 4,61 persen, melorot tajam dibanding perolehan Pileg 2014 sebesar 6,53 persen. “Saya lihat, pemilih PPP ada lari ke PKB,” tandas Kunto.

Ketua DPC PPP Kota Cimahi Agus Solihin merasakan dampak dari kasus membelit Rommy. Menurut dia, PPP kehilangan dua kursi pada Pileg 2019 untuk DPRD Kota Cimahi. Padahal Pileg 2014 lalu PPP bisa meraup 5 kursi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.