Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Nasihat Bagi Capres

Artis Tidak Selalu Dongkrak Suara, Bisa Juga Bikin Jeblok

Jumat, 2 November 2018 11:05 WIB
Sumber ; Kabar Bekasi Satu
Sumber ; Kabar Bekasi Satu

RM.id  Rakyat Merdeka - Dukungan artis di Pemilu 2019 dipastikan punya pengaruh kuat bagi pasangan capres-cawapres. Bisa dongkrak suara, tapi bisa juga malah bikin jeblok. Citra dan sepak terjang artis perlu jadi catatan. Seperti Pemilu 2014, pada Pemilu 2019 ini juga kalangan selebritis kembali ikut terjun dalam gelanggang pilpres. Ada yang memang tercatat sebagai caleg, tak sedikit yang murni sebagai artis. Misalnya pada Sabtu (27/10) lalu, selebritis deklarasikan diri dukung Prabowo-Sandi. Meraka menamakan diri sebagai Himpunan Artis Pendung Prabowo Sandiaga (HAP PS). Mereka yang tergabung, ada Alex Asmasoebrata, Elly Sugigi, Ozzy Syahputra hingga Lucinta Luna.

Bahkan melalui video di akun intagram miliknya, Lucinta Luna terang-terangan menyatakan dukungan pada Prabowo-Sandi. Atas dukungan itu, Sandiaga Uno pun memberi tanggapan. “Ya Alhamdulillah, semua dukungan, ya kita terima. Namanya juga kita sebagai calon yang lagi mencoba meyakinkan masyarakat, meyakinkan rakyat,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Sandi menegaskan, semua dukungan sangat berarti. Hal ini juga membuat dirinya semakin memantapkan harapan dan usahanya untuk mewujudkan ekonomi yang lebih baik di Indonesia. “Tentunya, agar ekonomi bisa lebih baik ke depan, agar kita juga bisa hadirkan satu lapangan kerja,” ujar Sandiaga. Selain HAP PS, tercatat sejumlah artis telah lebih dulu dukung paslon 02. Misalnya Ahmad Dhani, Rachel Maryam, Dessy Ratna Sari, Eko Patrio hingga Primus Yustisio.

Baca juga : Air Mata Politisi, Air Mata Buaya

Di kubu Jokowi-Ma’ruf, dukungan artis juga tidak kalah banyak. Di antaranya, Tina Toon, Olla Ramlan, Nafa Urbach, Manohara, Farhat Abbas, Giring Nidji, Tessa Kaunang. Termasuk artis yang sudah lama menjadi politisi seperti Rieke Diah Pitaloka, Nurul Arifin hingga Okky Asokawati. Bahkan di Pilpres 2019 ini, dua kubu capres sama-sama memasukkan artis dalam tim pemenangan. Para artis ini masuk sebagai influencer di masing-masing kubu capres.

Pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPIIPIIPI) Karyono Wibowo menilai, dukungan artis merupakan hal yang wajar. Menurutnya, ini strategi masing-masing kubu untuk menarik simpati rakyat. “Hal itu bagian dari strategi endorsement tokoh yang menjadi public figure. Tujuannya adalah untuk menjadikan public figure tersebut menjadi vote getter atau pengepul suara bagi pasangan capres,” kata Karyono kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Apa pengaruhnya? Kata Karyono, ada lima faktor, keberadaan artis bisa dongkrak elektabilitas capres-cawapres. Pertama, seberapa besar jumlah pemilih di suatu wilayah yang pilihannya bisa dipengaruhi oleh tokoh. “Faktor kedua adalah kekuatan citra masing-masing artis atau publik figure itu sendiri,” jelasnya. Ketiga, citra artis tersebut di masyarakat. Kalau positif, akan berdampak baik, bila negatif malah bikin jeblok. Keempat adalah rekam jejak yang dimiliki artis juga punya peran memori di masyarakat dalam menentukan pilihan.

Baca juga : Ancaman PKS Cuma Gimmick

“Dan yang terakhir, intensitas dan aktivitas masing-masing artis terjun langsung di tengah masyarakat dalam rangka menggalang dukungan pemilih,” tuturnya. Pengamat politik Yunarto Wijaya menilai peran selebriti sebagai bentuk sosialisasi dari pasangan calon. Eksistensi selebriti sangat bermanfaat untuk mensosialisasikan pasangan calon. “Mereka punya daya jangkau lebih besar. Bicara di media sosial, sudah diikuti banyak pengikut,” kata Yunarto.

Menurutnya, media sosial memang menjadi salah satu instrumen utama selebriti untuk sosialisasi. Apalagi, media sosial memiliki efek yang lebih besar pada pemilih muda. Namun, Yunarto menyarankan,sebaiknya keterlibataan selebriti dalam timses jangan terlalu banyak. Jumlah selebriti yang terlalu banyak malah akan bisa menciderai kerja timses secara keseluruhan. “Akhirnya fungsi kampanye menjadi fungsi hiburan. Itu yang harus atasi,” ucap Yunarto.

Namun, menurut Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, realitas di dunia maya tentu berbeda dengan di dunia nyata. Untuk itu, kampanye konvensional tetap diperlukan untuk menggaet hati pemilih pada 17 April 2019. “Medsos ini realitasnya berbeda dengan ruang nyata. Denyut medsos hanya di kota-kota besar, masyarakat kita masih banyak yang belum melek teknologi, sehingga kampanye konvensional masih diperlukan,” kata Adi.

Baca juga : Jokowi Enggak Merasa Kampanye Terselubung

Sementara itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai influencer tak hanya berperan untuk menarik hati pemilih milenial. Tetapi juga pemilih yang belum menentukan pilihannya (swing voters). “Peran influencer ini besar karena dari hasil survei hampir 50 persen masyarakat itu memilih pada H-7 dan hari H. Karena memilihnya mepet-mepet jadi tidak semua punya pilihan, maka peran influencer penting,” ucapnya. Namun merekrut para influencer tersebut bukan tanpa resiko. Hendri menilai apabila influencer tersebut terkena isu negatif, maka imbasnya juga menimpa para paslon capres-cawapres. Sehingga, kedua paslon harus memastikan para influencer yang direkrut tidak melakukan hal negatif selama masa kampanye. “Untung kalau kinclong, bersih, positif citranya, semua yang dia omongkan semua (penggemarnya) ikut. Tapi kalau negatif maka imbasnya akan ke kandidat,” pungkasnya.[MHS]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.