Dark/Light Mode

Pakai Istilah Asing Saat Debat

Pakar Komunikasi Nilai Gibran Ingin Dianggap Pintar

Senin, 25 Desember 2023 15:07 WIB
Foto: Ist
Foto: Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan dalam debat cawapres lantaran menggunakan istilah asing ketika bertanya kepada cawapres lain.

Salah satu istilah yang menjadi perhatian adalah ketika Gibran bertanya kepada cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar tentang State of Global Islamic Economy (SGIE).

Pengamat Komunikasi Politik dari Pusat Kajian Pembangunan Daerah (PKPD) Wahyuningsih Subekti mengatakan, ada dua hal yang bisa dicermati dari Gibran di debat cawapres, yakni terkait penampilan dan penggunaan kata-kata, serta istilah asing.

Terkait penampilan, Wahyuningsih menilai Gibran dalam situasi over confidence.

Baca juga : Sekjen Gibran Center Yakin Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran

Ia berusaha tampak menguasai bidang yang ditanyakan oleh panelis walaupun jawaban yang disampaikan, meskipun menurut Wahyuningsih, sebenarnya tidak menjawab pertanyaan.

Namun, dengan gayanya yang meyakinkan, intonasi nada bicara dan ritme yang diatur, Gibran mengesankan dirinya menguasai materi tersebut.

“Tetapi faktanya tidak menyimak apa isi pesan dari pertanyaan panelis. Bahkan pertanyaan yang dilontarkan kepada cawapres lainnya, pada sesi 3, cenderung tidak berada dalam koridor tema sesuai arahan dari moderator acara debat,” ujar Wahyuningsih dalam keterangan resmi, Senin (25/12/2023).

Kemudian, Wahyuningsih menyebut, penggunaan kata-kata dan istilah yang tidak umum didengar oleh masyarakat pada umumnya juga menarik.

Baca juga : Pasca Debat Cawapres, Pakar Digital Puji Gibran Rakabuming Raka

Misalnya, Carbon Capture and Storage dan SGIE. Padahal, dia berkata, yang harus diperhatikan dalam hal ini sebenarnya adalah pemilihan kata-kata yang mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, bukan hanya oleh sekelompok elite dan akademisi saja.

Pemberian narasi awal sebelum masuk ke dalam pertanyaan juga dapat mempermudah masyarakat untuk memahami apa yang hendak dipertanyakan, bukan langsung ke pertanyaan dan menggunakan kata-kata atau istilah asing.

“Sehingga yang memang dibutuhkan dari seorang pemimpin untuk masa yang akan datang antara lain adalah menjadi active listener, mendengarkan secara seksama pesan yang disampaikan oleh lawan bicara, memahami secara dalam apa yang menjadi pokok permasalahan dan memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi,” ujarnya.

Wahyuningsih menambahkan, memiliki keahlian sebagai Code Switcher, memahami cara memilih istilah atau kata-kata yang tepat untuk disampaikan kepada lawan bicaranya dalam konteks apa juga sangat penting.

Baca juga : Pakar Politik UI: Debat Cawapres, Gibran Membalikkan Situasi

Sehingga tidak terkesan menguji dan menjatuhkan lawan bicaranya.

“Pemimpin di masa yang akan datang tidak hanya mengedepankan Impression Building. Membangun kesan yang baik didepan audience, terutama generasi Z yang sangat men-dewa-kan istilah-istilah asing, sehingga dianggap ia pintar,” ungkapnya. 

“Seseorang akan dinilai pintar jika ia bisa menyampaikan sesuatu yang sulit menjadi mudah dimengerti oleh seluruh kalangan audience. Jika sebaliknya, maka kesan yang muncul hanyalah arogansi dan sok keminter,” sindir Wahyuningsih.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.