Dark/Light Mode

Budiman Sudjatmiko Beberkan Solusi SDM Prabowo-Gibran untuk Capai Indonesia Emas

Minggu, 4 Februari 2024 10:45 WIB
Wakil Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko (tengah). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/RM)
Wakil Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko (tengah). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jelang Debat Capres terakhir, yang salah satunya akan membahas soal pendidikan dan sumber daya manusia (SDM), Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko, mewanti-wanti bahwa Indonesia tidak boleh kehilangan kesempatan mencapai Indonesia Emas 2045. Kesempatan itu hanya bisa didapatkan dengan SDM dan sistem pendidikan yang kuat.

"Target mencapai SDM yang kuat menuju Indonesia emas 2045 adalah prioritas Prabowo-Gibran dalam menyusun program kerja, terutama pendidikan. Jendela kesempatan kita untuk membangun SDM hanya 8-10 tahun maksimal," kata Budiman, di Jakarta, Minggu (4/1).

Budiman pun membeberkan sejumlah solusi yang akan ditempuh Prabowo-Gibran. Dia membaginya menjadi 3 bagian bagian solusi, yaitu solusi pra-sekolah, solusi pendidikan dasar dan menengah, dan solusi pendidikan tinggi.

Baca juga : Ini Strategi Prabowo-Gibran Siapkan Generasi Gig Economy

Dalam solusi pra-sekolah, Budiman menjelaskan bahwa Prabowo-Gibran akan berinvestasi sejak anak Indonesia masih dalam kandungan.

“Pemberian bantuan vitamin dan gizi kepada Ibu Hamil menjadi pilihan. Kita harus memastikan anak-anak Indonesia, memiliki potensi tumbuh kembang yang baik, stunting bisa diminimalisir. Baik secara fisik dan nalar, (anak) harus tumbuh maksimal,” tegas Budiman.

"Selain itu kita juga harus membangun critical intelligence anak dari usia sebelum sekolah. Edugames harus dimulai dari usia PAUD. Anak-anak Indonesia harus dibiarkan bermain dan mulai mengembangkan nalar sebelum duduk di bangku pendidikann dasar,” lanjutnya.

Baca juga : Kaukus Perempuan Muda Matahari Deklarasi Prabowo-Gibran Di Bandung

Di usia sekolah dasar dan pendidikan menengah, Budiman melihat perlunya memperbaiki skema sistem pendidikan Indonesia, terutama dalam standar kompetensi nasional.

“Indonesia perlu membuat standar kompetensi nasional sesuai dengan konsep kecerdasan inti atau core intelligence, yaitu kecerdasan memahami realita baik alam sekitar maupun sosial, kecerdasan berhitung, kecerdasan mengekspresikan ide baik lisan maupun tulisan dan kecerdasan penguasaan minimal dua bahasa. Ini akan mengurangi kebutuhan pelajaran wajib. Sehingga siswa bisa memiliki waktu luang untuk belajar hal lain diluar kecerdasan inti,” jelasnya.

“Selain itu negara harus turun tangan dalam memberikan anggaran Edupay, dimana Siswa dan guru harus mendapatkan subsidi membeli buku dan aplikasi yang terkurasi,” tambahnya.

Baca juga : Dari Bandung, Perempuan Muda Muhammadiyah Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran

Sementara, di solusi pendidikan yang lebih tinggi, Budiman menyebut ide besar yang diambil adalah memerdekakan masyarakat untuk membuktikan diri dalam penguasan ilmu tanpa batasan usia dan tempat.

“Kita membayangkan adanya sistem kompetensi nasional (SKN) di level lulus kuliah atau bekerja. Sehingga kita berharap adanya pemisahan antara proses belajar dengan proses ujian. Negara menyelenggarakan ujian untuk mata kuliah terstandarisasi,” urainya.

“Jadi siapa pun bisa mengambil standar kompetensi. Belajar di level kuliah atau vokasi bisa di mana pun. Kampus tradisional, kampus online, hybrid, kamus industri, dan lainnya bisa ikut ujian. Yang penting kita menjamin evaluasi penilaiannya, yakni menguji hal yang tepat dengan cara yang tepat,” pungkas Budiman Sudjatmiko.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.