Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kenapa Jatuh Di Lubang Yang Sama?

Selasa, 14 Februari 2023 04:52 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Apakah bangsa ini sedang berevolusi menjadi bangsa keledai? Semoga tidak.

Pertanyaan ini diajukan karena ada beberapa kasus yang kembali terulang. Contoh: kasus minyak goreng dan beras. Atau, umumnya harga-harga, yang bukan lagi mengalami kenaikan, tapi sudah “ganti harga”.

Kita tidak perlu melihat jauh ke belakang, di era Orde Lama, ketika rakyat antre minyak atau beras. Kejauhan.

Setahun lalu misalnya, Januari 2022, sebelum dicopot, Menteri Perdagangan M Lutfi menjadi “tertuduh” akibat sengkarut minyak goreng.

Saat itu, Lutfi dicecar DPR akibat harga dan ketersediaan minyak goreng yang kacau. Di depan DPR, dia lalu melambungkan tekad.

Baca juga : Kemenag Bantu Raudhatul Athfal Yang Ambruk Di Pangandaran

“Saya jamin tidak ada pengusaha yang mengatur pemerintah. Kita coba intervensi pasar supaya tidak mengacaukan harga. Saya nggak ada masalah pencitraan. Percayakan sama saya, saya buka semua,” kata Lutfi saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Januari 2022.

Mei 2022, Kemendag rapat lagi bersama DPR. Lutfi kembali dicecar para wakil rakyat. Dia menyebut ada mafia-mafia yang bermain di minyak goreng. Dia juga mengaku sudah mengantongi nama-nama mafia tersebut.

Sebulan kemudian, Juni 2022, karena dianggap tidak mampu, Lutfi dicopot. Penggantinya, orang parpol, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

Sekarang, delapan bulan kemudian, bangsa ini kembali mengalami kelangkaan dan masalah minyak goreng, beras, serta komoditas lainnya.

Untuk mengatasi hal ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sempat melontarkan gagasan supaya pembelian minyak goreng subsidi Minyakita harus menggunakan KTP. Ide ini akhirnya dibatalkan. 
Masalah minyak goreng dan beras hanya sebagian kasus yang menggambarkan terjadinya pengulangan. Seperti jatuh di lubang yang sama.

Baca juga : Bagnaia-Bastianini, Teman Tapi Saingan

Kasus Ferdi Sambo misalnya, yang kemarin divonis mati, apakah bisa menjadi pelajaran berharga? Atau hanya lewat begitu saja?

Dalam hal apa pun, jangan sampai “panas-panas tai ayam”. Panasnya hanya sebentar. Semangat di awal-awalnya saja. Setelah agak reda, walaupun sementara dan semu, penanganannya kendor lagi.

Bangsa ini, juga sangat cepat melupakan sejarah. Bukan hanya kasus-kasus kecil, urusan bernegara pun mudah sekali terlupakan. Tidak ada ingatan linier yang tersambung memanjang.

Lihat saja, tidak berapa lama setelah Orde Lama tumbang, Orde Baru mengulang beberapa kesalahan Orde Lama. Demikian pula Orde Reformasi, juga tidak butuh waktu lama untuk mengulang beberapa kekeliruan Orde Baru. Yang dulu dikecam, kembali dipraktikkan. Yang berbeda, pelakunya.

Sayangnya, terkadang, ketika kesalahan dilakukan oleh “pihak kita”, kita agak memakluminya.

Baca juga : Kenapa Gempa Turki Sangat Mematikan

Sebaliknya, ketika dilakukan “pihak mereka”, kita mengecamnya. Sedangkan kasus dan problemnya sama saja, bahkan lebih canggih. Akibatnya, kasusnya berulang-ulang. Yang berbeda hanya pembela dan pengkritiknya.

Semoga bangsa ini tidak sedang berevolusi menjadi bangsa keledai. Karena, “kegagalan” yang berulang bukan lagi sekadar sejarah, tapi tragedi.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.