Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Ketika para capres, calon kepala daerah atau anggota legislatif mulai menyemburkan janji-janji, harapannya selalu sama: semoga ditepati.
Dan, satu lagi: berdoa. Semoga bukan omong kosong. Bukan sekadar janji untuk merayu konstituen.
Kalau ada yang menjanjikan gaji guru dinaikkan, BBM digratiskan, akan membangun jembatan, gratis makan dan sebagainya, dicatat saja. Jadi jejak digital.
Baca juga : Darurat Judol Menembus Senayan
Kita juga tidak tahu, apakah rakyat menganggap serius janji-janji tersebut? Artinya, kalau benar-benar terbukti, syukur. Bagus. Tapi, kalau tidak, juga tidak apa-apa. Sudah biasa.
Setelah Reformasi memang ada banyak jejak janji politik yang tidak dipenuhi. Menanggapi janji-janji tersebut, sebagian rakyat menilai, “ya… begitulah”.
Apalagi ketika janji-janji tersebut ditagih, jawabannya sama: sabar… masih dalam proses. Kita butuh waktu. Karena itu, percayakan lagi kepada kami.
Baca juga : "Tentuin Saja Pemenangnya…"
Kita juga tidak tahu, seberapa besar pengaruh janji-janji tersebut terhadap para konstituen. Mungkin ada yang “kemakan”. Sehingga, tertarik memilih parpol atau kandidat tertentu.
Atau, konstituen akan menentukan pilihannya bukan karena janji-janji politik, tapi karena kualitas calon atau parpol itu sendiri. Misalnya, karena karakternya, seperti jujur, bersih, pengalamannya, track record-nya, dan sebagainya.
Tidak terpenuhinya janji-janji politik, tidak semata-mata bukan karena para politisi membuat janji yang asal-asalan. Janji yang sedari awal memang sudah diprediksi sulit dipenuhi. Bukan semata-mata karena itu.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
