Dark/Light Mode

Mana Pak Gub Dan Wagub?

Sabtu, 10 November 2018 15:11 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Murid-murid yang berkunjung ke kantor Gubernur DKI Jakarta, pekan lalu, agak kecewa. Harapan mereka untuk bertemu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, tak terwujud. Anies rupanya sedang berada di Argentina.

Dia menghadiri acara bertajuk Urban 20 (U20) Global Summit, 29-30 Oktober 2018. Karena Anies tidak ada, murid-murid kelas 6 dari salah sekolah di Jakarta Selatan itu berharap ada wakilnya. Wakil Gubernur. Setelah dijelaskan bahwa DKI Jakarta sekarang tidak punya wakil gubernur setelah ditinggalkan Sandiaga Uno yang maju sebagai cawapresnya Prabowo, murid-murid peserta studi wisata itu tambah kecewa.

“Gimana sih, Jakarta kok tak punya pimpinan,” tanya salah seorang murid. Kekecewaan mereka sedikit terobati setelah diajak meninjau ruang Jakarta Smart City. Dari situ mereka mendapat penjelasan bagaimana Jakarta dijalankan.

Baca juga : Bendera

Kekecewaan anak-anak itu hanya satu contoh kecil bahwa tidak lengkapnya pimpinan di Jakarta berpotensi menimbulkan pertanyaan dan masalah. Ini sudah berlangsung tiga bulan setelah Sandi menyerahkan surat pengunduran diri pada 10 Agustus lalu. Jakarta yang besar ini, dengan segala problematika dan tantangannya tak bisa dibiarkan begini terus. Tak mungkin Anies menjalankan roda pemerintahan seorang diri. Anies perlu segera dicarikan pendamping.

Awalnya, proses pergantian ini diprediksi akan berjalan mulus setelah Prabowo menjanjikan bahwa kursi wagub DKI Jakarta akan diserahkan ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ternyata tidak. PKS dan Gerindra ternyata terlibat perebutan kursi wagub yang ditinggalkan Sandi, sampai berbulan-bulan. Diskusinya panjang, bahkan sempat saling ancam: kalau kursi wagub tidak diserahkan ke PKS, mesin partai PKS bisa mogok. Tidak akan mendukung Prabowo.

Senin (5/11) lalu PKS dan Gerindra akhirnya mengumumkan bahwa mereka sudah mencapai kesepakatan. Untuk seorang wagub? Ternyata belum. Ini hanya kesepakatan bahwa mereka akan membentuk panel yang akan melakukan fit and proper terhadap calon-calon wakil gubernur.

Baca juga : White Collar Crime Di Tubuh Birokrasi Dan Krisis Kepercayaan

“Penguji” dari PKS dan Gerindra masih akan menguji dan menentukan calon tersebut. Calon itulah yang akan diusulkan kepada DPRD melalui Gubernur DKI Jakarta. Kalau kemudian DPRD tak bisa mencapai kesepakatan? Kalau DPRD tidak kourom? Kalau ada masalah di DPRD? Wah, ribet. Diskusi lagi. Lama lagi, sementara Anies sangat membutuhkan pendamping. Sudah urgen.

Kalau terus menggantung dan dibiarkan berlarut-larut, jangan salahkan rakyat kalau akhirnya rakyat kecewa dan antipati terhadap partai politik. Kekecewaan itu bisa diwujudkan saat pilpres atau pemilu legislatif. Rakyat bisa menghukum mereka dengan cara tidak memilih parpol-parpol tersebut. Termasuk, parpol-parpol di DPRD DKI Jakarta kalau dinilai mengganjal warga DKI menemukan seorang wagubnya.

Kekecewaan rakyat bisa lebih konkret daripada murid-murid SD yang tidak bisa bertemu gubernur atau wagubnya saat melakukan studi wisata.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.